Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hadapi Resesi, Siapkan Dana Darurat dan Investasi
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 06-11-2020 | 10:44 WIB
ilustrasi-resesi114.jpg Honda-Batam
Ilustrasi resesi akibat pandemi Covid-19. (Foto: Kompas.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Indonesia resmi mengalami resesi karena ekonominya dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi. Pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia minus 5,32%, dan di kuartal III-2020 minus 3,49%.

Resesi kali ini adalah yang pertama melanda Indonesia dalam 22 tahun terakhir. Pasalnya, Indonesia terakhir mengalami resesi pada krisis moneter di tahun 1998.

Lalu, bagaimana cara menghadapinya? Bagi masyarakat sendiri, memperkuat ketahanan ekonomi sangat penting di tengah resesi. Mulai dari menyiapkan dana darurat, juga investasi.

Namun, sebelum berinvestasi detikers harus mengukur kemampuan keuangan harus jadi pertimbangan utama. Apabila memang dalam sedang sulit jangan paksakan untuk berinvestasi, ada baiknya kalau ada uang lebih ditabung saja.

"Cuma semua kembali ke kemampuan masing-masing ya, kalau memang ada isu keuangan kayak habis kena PHK atau bisnis shutdown, ditabung dulu aja. Agar mudah digunakan kalau ada keadaan darurat," kata Perencana keuangan Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho, Kamis (5/11/2020).

Jika sudah mantap ingin berinvestasi, sebaiknya menyisihkan terlebih dahulu biaya-biaya kebutuhan bulanan yang tetap. Kalau bisa sisihkan juga dana darurat untuk mengantisipasi hal-hal yang terjadi ke depan di tengah resesi.

Langkah selanjutnya ialah menyisihkan gaji. Menurut Andy, idealnya 10% dari gaji disisihkan digunakan untuk berinvestasi.

"Prinsipnya ideal itu 10% dari penghasilan kita. Misal gaji Rp 5 juta kan, bisa Rp 500 ribu sebulan," ungkap Andy.

Setelah menyisihkan uang, pilihlah jenis investasi, antara investasi fixed income atau pendapatan tetap, dan investasi likuid. Menurut Perencana Keuangan Zelts Consulting Ahmad Gozali, investasi fixed income adalah investasi teraman di tengah resesi. Pasalnya, produk investasi fixed income sudah pasti memberikan pendapatan seperti bunga dan nilai uang yang diinvestasikan tidak akan berkurang.

"Resesi bukan berarti tidak berinvestasi. Resesi hanya mengubah strategi kita dalam berinvestasi. Kurangi investasi di pasar modal, tambah investasi di fixed income dan likuid," ujar Ahmad beberapa waktu lalu.

Adapun produk dari investasi fixed income sendiri antara lain deposito, emas, dan juga surat utang negara (SUN).

Emas sendiri adalah produk investasi mudah dicairkan ke dalam bentuk uang tunai. Emas menjadi pilihan supaya jika ada kemungkinan terburuk di pasar, maka investasi yang dipilih relatif minim penurunan nilai.

Namun yang harus diperhatikan, jika ingin mendapatkan keuntungan saat investasi emas memang membutuhkan waktu yang panjang.

"Butuh waktu panjang, tapi kalau mau dijual cepat juga bisa diandalkan. Hanya saja untuk untung yang cepat kurang bagus," jelas dia.

Lalu, untuk SUN sendiri, khususnya yang bertenor jangka pendek bisa menjadi salah satu investasi yang aman, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Hal itu dijelaskan oleh Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira.

"Jadi persiapkan dana simpanan di aset yang relatif aman misalnya deposito hingga Rp 2 miliar yang dijamin LPS kemudian ada surat utang pemerintah (SUN) yang dijamin Negara dengan tenor pendek," kata Bhima, Kamis (26/9/2020).

Menurut Bhima, instrumen-instrumen yang sifatnya mudah dicairkan sangat berguna dan membantu para pemilik modal dalam menghadapi resesi ekonomi.

Sumber: Detik.com
Editor: Yudha