Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Prihatin Kepemimpinan Nasional

Mahfud MD Minta Media Munculkan Sosok Negarawan
Oleh : surya
Selasa | 22-05-2012 | 18:35 WIB
Mahfud_MD.jpg Honda-Batam

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD

JAKARTA, batamtoday - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD meminta media atau pers sebagai salah satu pilar demokrasi turut berperan dalam upaya memunculkan sosok negarawan, dan tidak terus terjebak dalam hiruk pikuk perpolitikan nasional yang cenderung pragmatis.

Media diharapkan memberitakan sisi integritas maupun moralitas seorang tokoh, di samping informasi mengenai popularitas dan elektabilitas serta akseptabilitasnya.

"Kita berharap media memunculkan sosok negarawan, biarkan masyarakat nanti akan menilai dan dapat mengukur layak atau tidak untuk pemimpin nasional. Sebab pemimpin-pemimpin yang ditawarkan selama ini tak mempunyai dua ukuran itu: moralitas dan integritas," kata Mahfud MD dalam jumpa pers Ikatan Alumni (Ika) Universitas Islam Indonesia (UII) di Jakarta, Selasa (22/5/2012).

Menurut Mahfud, sosok negarawan di tanah air perlu mendapat mendapat tempat yang layak dalam perpolitikan nasional agar menjadi perhatian semua kalangan masyarakat. Mahfud menyebutkan bahwa Indonesia pernah punya tokoh negarawan besar seperti Soekarno, Hamka, M Nasir, dan Wahid Hasyim, yang lebih senantiasa mendahulukan kepentingan negara dan bangsa ketimbang kepentingan pribadi atau yang bersifat jangka pendek.

"Kita dulu punya banyak negarawan, tapi sekarang hilang dalam percaturan. Sekarang susah mencari negarawan karena politik tidak beranjak dari politik praktis tingkat rendah," kata Mahfud yang juga Ketua Umum Pusat IKA-UII ini.

Oleh karena itu, menurut Mahfud, sistem politik di Indonesia mesti diperbaiki. "Menurut saya sistem politik yang dibangun telah salah. Saat Reformasi, kita buru-buru memberi kebebasan tanpa rambu-rambu, tidak memberi ukuran kualitatif terhadap calon politikus. Kalau mau beri kesempatan calon negarawan muncul di banyak tempat, kita harus bicara juga mengenai sistem politik. Itu perlu kita bicarakan ulang," katanya.

Mahfud menambahkan, bahwa saat ini kepemimpinan nasional sudah dipahami dalam pengertian yang sangat sempit. Kepemimpinan seolah hanya terpaku pada masalah popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas sebagaimana yang marak digembar-gemborkan oleh sejumlah hasil survei.

"Kepemimpinan nasional seolah begitu sempit hanya pada tiga hal, yaitu popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas. Itu menurut saya sesat karena ketiga hal itu tidak melahirkan negarawan," katanya.  .

Kualitas kenegarawanan seorang tokoh, menurut Mahfud, lebih ditentukan oleh tingkat moralitas dan integritas yang diakui atau dipercaya oleh masyarakat,  tidak bisa diukur dengan sekadar dengan hasil survei popularitas  akseptabilitas, dan elektabilitas.

"Harusnya seorang negarawan itu ditambahkan moralitas dan integritas. Kalau popularitas, akseptablitas dan elektabiltas itu bisa dibeli melalui lembaga survei, bisa Rp 75 juta tidak mahal makanya politisi kita banyak politikus-nya, pikirannya kekuasaan. Tapi kalau moralitas dan integritas tidak bisa dibeli, karena itu ciri-ciri yang dimiliki seorang negarawan," kata Ketua MK ini.