Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nasib Buruh Outsourcing RLP Semakin Memprihatinkan
Oleh : Gokli/Dodo
Selasa | 22-05-2012 | 11:14 WIB

BATAM, batamtoday - Seratus lebih buruh outsourcing PT Raja Labora Panbil (RLP) yang disubkonkan di PT Varta Micro Battery setelah mengalami pemutusan kontrak sepihak kini nasibnya semakin memprihatinkan. Pasalnya, setelah berjuang satu bulan lebih menuntut ketidak adilan mereka tidak lagi mempunyai uang dan mengalami berbagai penyakit.  

Sehingga, yang masih bertahan sampai dengan saat ini sekitar 80 orang saja, itupun lantaran mendapat bantuan dari orang tua atau suami yang masih bekerja di perusahaan lain, Selasa (22/5/2012). 

Sekitar 80 buruh yang masih bertahan di depan gedung PT Varta lot 23 Batamindo meminta perhatian dari pihak pemerintah yang dinilai terlalu membela pengusaha dan hanya menebarkan janji-janji tanpa pembuktian riil. 

Linda, koordinator buruh outsourcing saat ditemui di lokasi menyebutkan, beberapa rekan mereka tak lagi tahan menuntut ketidakadilan yang mereka rasakan. Dimana sebagian sudah mengambil ijazah dari PT RLP yang awalnya ditahan sebagai jaminan kerja dan sebagian lagi jatuh sakit. 

"Kami tak tahu lagi harus seperti apa mas, semua hanya memberikan janji-janji masih saja, tapi tak ada penyelesaian. Sekarang ini kami tak lagi punya uang untuk makan dan bayar uang kost, dan sebagian ada yang sakit tapi tak ada uang untuk berobat. Berikan kami kekuatan, ya Tuhan," jelas Linda sambil meneteskan air mata yang tak mampu lagi ditahannya. 

Sebelumnya, kata Linda pada saat mereka mendatangi kantor Disnaker Batam, melalui pengawas tenaga kerja, Jalfirman mengatakan akan mempertemukan mereka bersama pemilik PT RLP, Raja Mustaqim. Namun, janji untuk mempertemukan itu tak pernah terlaksana, seperti yang dijanjikan saat itu akan dilaksanakan pada hari ini, Selasa (22/5/2012) tapi belum juga terealisasi. 

"Kemarin janjinya Jalfirman akan mempertemukan kami dengan Raja Mustaqim dan janji ini juga kami dengar saat buruh permanen PT Varta mengawali aksi mogok kerja di lot 310 gedung baru," terangnya.

Sementara itu, Yuli rekan Linda menambahkan perjuangan mereka menuntut ketidakadilan ini tak mendapat dukungan dari pihak yang terkait dalam hal ini Disnaker dan DPRD Batam. Sampai dengan hari ini janji untuk menyelesaikan permasalahan ini belum juga ada. Sehingga, saat ini mereka mengalami krisis kepercayaan terhadap pemerintah lantaran lambat dalam menyelesaikan masalah. 

"Tak ada yang memberikan perhatian, lambat dalam menangani masalah. Kami tak tahu lagi harus percaya sama siapa," ujarnya. 

Yuli, seorang ibu beranak satu ini mengatakan anaknya yang baru berumur tiga tahun itu sedang sakit, tapi sakit yang diderita anaknya itu tak lagi bisa dibawa berobat lantaran tak ada uang. Tapi perjuangan menuntut ketidakadilan yang dia rasakan ini tetap dilanjutkan dan anknya itu juga dibawa ke lokasi gedung PT Varta lot 23 Batamindo. 

"Anak saya ini lagi sakit mas, mau dibawa berobat uang tak punya lagi. Kalau perjuangan ini ditinggal serasa sudah sia-sia," sebut Yuli sambil memeluk putranya yang namanya tak disebutkan.