Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pahami Perubahan Cuaca untuk Cegah Migrain
Oleh : Redaksi/Republika
Selasa | 15-05-2012 | 11:40 WIB

BATAM, batamtoday - Kebanyakan orang yang menderita sakit kepala atau migrain mencurigai beberapa hal seperti bau parfum terlalu keras, minuman yang mungkin memicu sakit kepala. Kini menurut studi terbaru menyatakan peningkatan temperatur pun dapat memicu sakit migrain.

 

Dalam studi itu disebutkan peningkatakan temperatur tajam cukup menjadikan seseorang menderita sakit kepala, bahkan di ruang UGD. Para peneliti menemukan setiap peningkatan 5 derajat Celsius dalam temperatur udara, risiko sakit kepala terkait kunjungan ke rumah sakit naik hingga 7,5 % dalam periode 24 jam berikut. Dan penurunan drastis tekanan udara, yang cenderung terjadi sebelum hujan juga berkaitan dengan resiko sakit kepala lebih besar dalam periode 48 jam hingga 72 jam ke depan.

Ketika orang mungkin berpikir mereka dapat mengatasi pemicu migrain mereka, faktanya perubahan cuaca dapat disalahkan pula karena menjadi satu faktor penyebab kepala diluar kendali manusia, demikian ujar Kenneth J Mukamal, pimpinan studi tersebut.  

"Saat musim panas anda mungkin berpikir es krim dapat menghindarkan anda dari migrain," ujarn asisten profesor di Harvard Medical Schoo, Boston itu. "Namun itu bukanlah es krim, melainkan peningkatan temperatur udara yang demikian panas hingga memicu anda ingin makan es krim," imbuhnya.  

Tim Mukamal mengawasi 7.54 pasien yang didiagnosa dengan sakit kepala di ruang UGD, Pusat Medis Deaconess, Beth Israel, Boston selama 7 tahun. Mereka membandingkan beberapa faktor seperti temperatur, tekanan udara, kelembaban dan polusi dalam periode-singkat yang mengawali maupun yang mengikuti kunjungan setiap pasien ke rumah sakit.  

Ketika temperatur dan tekanan udara terkait dengan sakit kepala, polusi--yang terkait dengan resiko lebih besar terkena serangan jantung dan stroke--tidak diasosiasikan dengan migrain.  

Namun Mukamal tidak serta-merta menutup kemungkinan. "Kota kita tidaklah cukup besar untuk membuat warga tak terkena polusi," ujarnya seraya menambahkan studi serupa juga dilakukan di Los Angeles (di mana tingkat polusi udara sangat tinggi) mungkin akan memberi hasil berbeda.  

Meski demikian, riset tersebut bukan tanpa batasan. Studi tak memasukan migrain yang tidak dipicu perjalanan menuju rumah sakit.Jadi apakah para pengidap atau mereka yang rentan terserang migrain harus tinggal dalam ruang ketika temperatur di luar mulai meningkat,? Tidak perlu seperti itu, demikian menurut para ahli.  

Daripada menaikkan pendingin udara di rumah, penderita migrain dapat mengonsumi obat untuk mencegah sakit kepala. "Hanya saja banyak orang tidak suka minum obat rutin sesuai resep dokter untuk pencegahan," ujar Mukamal.   

"Migrain sendiri sering terjadi pada orang-orang muda, yang umumnya enggan dengan pengobatan harian," ujarnya. Tidak semua ahli merekomendasikan menggunakan obat-obatan untuk mencegah migrain akibat perubahan cuaca.   

Secara keseluruhan, cuaca mungkin bukanlah pemicu satu-satunya sakit kepala yang menyebabkan migrain. Cara paling ampuh menurut Ellen ialah, ketika pasien paham bahwa cuaca terbukti sebagai pemicu, ia dapat menghindari potensi migrain dengan menjauhi penyebab lain, seperti tidak minum kopi, pada hari-hari di mana suhu udara rentan meningkat.