Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nasib 328 Buruh Outsourcing PT RLP Semakin Absurd
Oleh : Gokli/Dodo
Kamis | 26-04-2012 | 14:35 WIB

BATAM, batamtoday - Nasib sebanyak 328 buruh outsourcing PT Raja Labora Panbil (RLP) semakin absurd alias tak jelas. Pasalnya, ratusan buruh yang di-subkon-kan ke PT Varta sampai dengan saat ini belum ada kepastian nasib dari pihak manajemen maupun dari pihak PT RLP, Kamis (26/4/2012) siang. 

Ketidakpastian itu sangat jelas mereka rasakan lantaran sampai hari ini ratusan buruh outsourcing tidak diperbolehkan masuk ke PT Varta oleh sekuriti sebelum melakukan tanda tangan kontrak baru atau melamar menjadi buruh outsourcing yang baru ke PT RLP. 

"Kami tak tahu lagi harus gimana mas, tak mungkinlah kami membuat lamaran baru. Padahal sudah banyak yang kerja di atas tiga tahun, masak harus seperti itu," kesal Risda, seorang buruh. 

Dijelaskannya, setelah aksi demo yang mereka lakukan seminggu berturut-turut kemarin, manajemen PT Varta mengeluarkan surat himbauan agar semua buruh kembali bekerja tanpa terkecuali. Himbauan itu pun akhirnya mereka setujui dengan harapan akan ada perundingan dan menyetujui semua tuntutan mereka. 

Tapi, yang didapat buruh ini bukanlah perundingan melainkan ketidakjelasan dan ketidakpastian. Pada Senin (23/4/2012) lalu, buruh yang masuk shift pagi dan siang masuk tapi tak melakukan aktivitas. Sementara, yang masuk shify malam langsung dihalau oleh sekuriti dan dilarang untuk masuk kerja. 

Melihat hal ini, buruh outsourcing pun sudah mulai curiga. Dan terbukti, besoknya Selasa (24/4/2012) karyawan shift siang dan malam sudah tak diperbolehkan lagi masuk kerja. Sampai dengan hari ini, semua buruh outsourcing PT RLP yang di-subkon-kan ke PT Varta dilarang masuk lokasi perusahaan. 

"Tak satu orang pun buruh outsoucing yang diperbolehkan masuk sebelum lakukan kontrak baru dengan PT RLP," ujar Risda. 

Karena masih butuh kerja untuk menyambung hidup, ratusan buruh outsourcing yang bekerja di PT Varta lot 23 Batamindo mengutus perwakilan untuk menemui pemilik PT RLP dalam hal ini Raja Mustaqim. Namun, sepuluh orang utusan buruh itu tak juga dapat menemui Raja Mustaqim. 

"Utusan kami tak bisa bertemu Raja Mustaqim. Tapi, manajemen RLP itu menyarankan supaya membuat kontak baru lagi kalau masih mau kerja," katanya dan akhirnya menangis lantaran merasa sedih dengan apa yang mereka alami saat ini. 

Harapan bertemu pemilik PT RLP pun akhirnya pupus. Sehingga, ratusan buruh ini hanya bisa berharap bantuan dari pihak pemerintah untuk menyelesaikan masalah mereka. 

"Kami tetap akan datang ke lokasi perusahaan ini karena sampai sekarang kami belum mendapat surat pemutusan kontrak. Artinya kami masih tetap buruh meskipun hak-hak kami diobok-obok oleh pengusaha," tutupnya.