Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kasus Sukmawati Disinggung di Reuni 212, Fadli: Itu Bentuk Kekecewaan
Oleh : Redaksi
Senin | 02-12-2019 | 12:28 WIB
fadli-zon3.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Fadli Zon. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Dalam acara reuni 212 disinggung pula soal pernyataan Sukmawati Soekarnoputri yang dianggap sejumlah pihak menista agama. Sukmawati juga dilaporkan ke polisi.

Sukmawati telah membantah terkait ucapannya itu. Menurut Sukmawati, ucapannya dalam video yang beredar telah diedit.

Waketum Partai Gerindra Fadli Zon yang menghadiri reuni 212 menilai, disinggungnya kasus tersebut sebagai bentuk kekecewaan masyarakat kepada pemerintah yang dinilai tak adil. Fadli menuding siapapun yang dekat dengan pemerintah tak akan tersentuh hukum.

"Ya itu kan aspirasi dari masyarakat karena melihat hukum kita itu tidak adil. Kepada mereka yang dianggap dekat dengan kekuasaan itu tidak tersentuh, tetapi kepada yang dianggap jauh dari kekuasaan itu dengan mudah dikrimalisasi atau ditangkap dan sebagainya," katanya di lokasi, Senin (2/12).

Menurut Fadli, kalau hal ini bukanlah rahasia lagi. "Jadi perasaan ketidakadilan hukum itu saya kira nyata dan memang itu bukan pendapat lagi, tetapi fakta adanya ketidakadilan hukum, hukum menjadi subordinasi politik," katanya.

Lebih lanjut ia menambahkan, ucapan Sukmawati itu telah membuat masyarakat tersinggung. Bahkan, kata dia, sangat berlebihan.

"Jelas banyak masyarakat yang tersinggung, itu harus diuji. Saya melihat memang itu pernyataan itu sangat berlebihan, sudah offside ya, karena membanding bandingkan seperti itu yang tidak pada tempatnya," tuturnya.

Ini Pidato Lengkap Sukmawati

Ini potongan pidato Sukmawati Soekarnoputri dalam acara 'Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Teroris' beberapa waktu yang lalu yang menjadi viral. Sukmawati melontarkan pertanyaan terkait siapa yang berjuang di abad 20.

"Sekarang saya mau tanya yang berjuang di abad 20 itu Nabi Yang Mulia Muhammad apa Insinyur Soekarno untuk kemerdekaan? Saya minta jawaban, silakan, Siapa yang mau menjawab berdiri jawab pertanyaan Ibu ini," tanya Sukmawati.

"Di abad 20 yang berjuang untuk kemerdekaan itu nabi yang mulia Muhammad atau Insinyur Soekarno? Tolong jawab silakan anak-anak muda. Saya mau tahu jawabannya. Ayo jawab enggak ada yang berani? Saya mau yang laki-laki, radikalis banyaknya laki-laki ya. Coba kamu berdiri namanya siapa dari mana," sambung Sukmawati.

Kemudian salah satu mahasiswa yang bernama Muhammad Takim Maulana berdiri untuk menjabat pertanyaan dari Sukmawati.

"Bismillahirahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya Muhammad Takim Maulana, mahasiswa dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta. Memang benar pada saat awal ke 20 yang berjuang itu Insinyur Soekarno," kata Takim.

Namun belum selesai berbicara, Sukmawati tampak memotong ucapan mahasiswa tersebut. "Oke, setop. Hanya itu yang Ibu mau tanya, terima kasih," kata Sukmawati.

Sukmawati kemudian meminta mahasiswa lain untuk berdiri dan menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.

"Coba siapa lagi yang mau jawab, ini anak-anak muda coba kamu berdiri. Ini adik dari Irian ya, coba berdiri, coba jawab pertanyaan ibu. Di awal abad 20 ibu ulang lagi, siapa yang berjuang untuk kemerdekaan apakah Nabi yang mulia Nabi Muhammad atau insinyur Soekarno?" tanya Sukmawati.

Kemudian ada seorang mahasiswa dari Papua berdiri untuk menjawab, namun mahasiswa tersebut justru menjawab Presiden Soeharto.

"Baik terima kasih atas kesempatannya, kalau menurut saya Pak Soeharto," kata mahasiswa tersebut yang disambut gelak tawa.

Sukmawati yang mendengar pernyataan mahasiswa asal Papua langsung membalas salam merdeka.

"Merdeka sekian terima kasih. Jadi begini saudara-saudara, memangnya kita enggak boleh menghargai, menghormati, orang-orang mulia di awal-awal, pokoknya abad modern? Apakah hanya selalu yang menjadi suri teladan itu hanya Nabi-nabi? Ya, oke, nabi-nabi, tapi pelajari perjalanan sejarah, yang makin ada, ada revolusi industri," tutup Sukmawati.

Sumber: Merdeka.com
Editor: Chandra