Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bahasa Peningkatan Hasil Produksi Laut Kepri

Wakil Gubernur Kepri Gelar Pertemuan dengan Deputi Kemenko Maritim
Oleh : Charles Sitompul
Sabtu | 30-03-2019 | 09:04 WIB
isdianto-deputi-iii-maritim.jpg Honda-Batam
Wagub Kepri, H Isdianto bersama Deputi III Kemenko Maritim, Dr Ridwan Djamaluddin saat bertemu di Bandara Hang Nadim Batam. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Bertemu dengan Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Maritim RI, Dr Ridwan Djamaluddin di Batam, Wakil Gubernur Kepri, Isdianto meminta dukungan dan bantuan kepada Kemenko Maritiman RI untuk dapat membantu dan mengembangkan replikasi clucter yang saat ini telah berjalan dan dikembangkan di Bintan.

Kepada Deputi III Kemenko Maritim, Isdianto juga menjelaskan, jika saat ini Provinsi Kepulauan Riau telah memiliki cluster percontohan pengolahan ikan, seluas 1,5 Hektar, yang saat ini telah berhasil memproduksi ekstrak bahan alam perikanan kelautan dari bahan baku ikan dan teripang.

Kegiatan industri produksi ekstrak bahan alam perikanan kelautan dari bahan baku ikan itu dikelola oleh PT Aruna Industri Bintan (AIMK) yang bekerjasama dengan BUMDes dan Komunitas Nelayan.

Adapun salah satu hasil olahannya adalah ikan (ikan rucah/non konsumsi) berupa Hidrolisat Protein Ikan (HPI), yang saat ini, juga telah menjalin kerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk. Dalam kerja sama tersebut terdapat over kapasitas permintaan.

"Untuk terus mengembangka ini, Provinsi Kepri sangat mengharapkan bantuan pengembanganya dari Pemerintah Pusat," ujar Isdianto saat bertemu dengan Deputi III Kemenko Maritim itu di Bandara Hang Nadim, Batam, Jumat (29/3/2019).

Selain itu, Isdianto juga meminta dukungan serta bantuan Pemerintah Pusat, untuk mensukseskan peresmian secara nasional Kawasan Edu Ekologi Wisata Bahari Kampong Teripang yang akan dilaksanakan pada 27 April 2019 mendatang.

Isdianto yang pada saat itu didampingi Pejabat Analis Produk Perikanan Pertanian, Biro Perekonomian Setda Kepri, Riki Rionaldi juga mengatakan, berdasrkan data, jumlah masyarakat miskin 9,66 peraen dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta.

Dari angka kemiskinan itu, 32 persen adalah nelayan, data gizi kurang dan stunting di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013-2018) Kementrian Kesehatan RI ditemukan 17,7 persen gizi kurang dan 30,8 persen stunting. Dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013-2018) juga ditemukannya gizi lebih dan obesitas dari 14,8 persen meningkat menjadi 21,8 persen.

"Dengan industri olahan hasil kelautan yang digagas di Kepri, diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan sumber protein, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di Kepri," ujarnya.

Pemanfaatkan hasil olahan makanan laut seperti ikan runcah yang memiliki nilai jual, dikatakan Isdianto, juga dapat memenuhi protein selain daripada susu. "Hidrolisat Protein Ikan (HPI) sangat bermanfaat karena mudah didapatkan oleh masyarakat pesisir khusunya nelayan. Kita tahu bahwa hidrolisat Protein Ikan juga mampu mencegah stunting dan obesitas karena dapat meningkatkan berat badan, daya cerna dan penyerapan protein," sebutnya.

Deputi III Kemenko Maritim, Ridwan Djamaluddin menyatakan, akan mendukung penuh para starup (perusahaan baru perintis) yang digagas oleh generasi milenial itu.

Kepada Isdianto, Rudwan Jamaluddin juga berjanji, akan menyampaikan dan membicarkan, apa yang disampaikan Isdianto itu, ke Kemenko Maritim Luhut Binsar Panjaitan. "Apa yang disampaikan Pak Wagub ini, akan saya sampikan kepada Bapak Menko Maritim, serta Kementerian terkait lainnya nanti di Jakarta," sebutnya.

Selanjutnya, kata Ridwan, untuk pengembangan ke depan, peningkatan produkasi atas permintaan sebanyak 30 ton ikan hasil laut Kepri akan difokuskan di Kabupaten Natuna tepatnya di Selat Lampa karena ada coolstorage di sana.

"Dukungan dari semua pihak dalam mengembangkan ini harus kita apresiasi dan hal-hal yang menjadi penghambat untuk segera dicari solusi agar bisa kita wujudkan. Manfaat dan dampak positif dari industri ini sangat nyata dan dapat mencegah kekurangan seperti sumber protein," jelasnya.

Dalam kesempatan ini, Riki Rionaldi mengatakan, starup (perusahaan baru yang merintis) memiliki peluang yang sangat besar dan sudah bekerjasama dengan Kimia Farma. Selain itu, memanfaatkan hasil dari ikan yang tidak terpakai/runcah yang mampu menambah pendapatan masyarakat khususnya nelayan.

Saat ini permintaan juga semakin besar dari Kimia Farma yang semula hanya 3 ton meningkat menjadi 12 ton serta ke depannya akan meningkat lagi menjadi 30 ton dan 60 ton. Sementara ini pengembangan cluster industri Hidrolisat Protein Ikan (HPI) baru berkembang di Kabupaten Bintan.

"Dengan adanya pengembangan hasil laut lainnya seperti teripang, menjadikan Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan menjadi objek wisata kuliner dan sudah mendapat kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 10 ribu orang per bulan," kata Riki.

Editor: Gokli