Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berwirausaha di Era Milennial
Oleh : Redaksi
Sabtu | 16-03-2019 | 17:28 WIB
Anggi-Ramadani1.jpg Honda-Batam
Anggi Ramadani.

Oleh : Anggi Ramadani

Berbicara mengenai wirausaha tidak sedikit orang yang pesimis ini itu dan menimbang untuk memulai berwirausaha. Takut gagal, takut rugi dan takut resikonya. Kebanyakan dari mereka pula, beralasan tidak punya modal atau kekurangan modal. Padahal untuk memulai berwirausaha, tidak perlu modal besar. Disinilah pola pikir kreatif berperan besar.

Berimajinasilah, ide - ide datang tanpa sengaja dan tanpa di duga - duga . inspirasi bisa datang dengan membaca buku - buku atau memperhatikan lingkungan sekitar. Atau bisa menggunakan prinsip ATM (Amatir, Tiru, Modifikasi).

Pertarungan bisnis di era milenial sangat ketat dan sulit diprediksi. Ini tidak lepas dari karakteristik konsumennya. Disadari bahwa generasi milenial ini dibesarkan oleh teknologi dan kemudahan informasi. Mereka serba kritis, serba cepat, serba instan dan terbebas dari comfort zone.

Presiden Joko Widodo( http://www.koran-jakarta.com/perkuat-jiwa-wirausaha-generasi-millenial/) menargetkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2018 akan mencapai 5,4% atau meningkat 0,3% dari tahun target 2017 sebesar 5,1%. Sangat disadari bahwa pertumbuhan ekonomi ke depan tergantug pada consumer-nya yang sekarang ini dikuasai oleh Generasi Milenial atau yang biasa dikenal dengan Generasi Y ( Generasi Bebas ) Pada tahun 2015 jumlah milenial di Indonesia ada 84 juta orang berdasarkan data dari Bappenas. Sedangkan jumlah penduduk di Indonesia mencapai 255 juta. Jadi jika dipersentasikan, milenials sekitar 33% dari penduduk Indonesia. Sementara jika melihat dari usia produktif yang ditentukan oleh pemerintah yakni 16 - 64 tahun.

Lebih lanjut, milenials Indonesia ini terbagi menjadi 3 kelompok yaitu Kelompok pertama adalah The Students Milenial yang lahir pada tahun 1993 hingga tahun 2000. Kelompok kedua adalah The Working Milenial yang lahir pada tahun 1987 sampai tahun 1993. Dan kelompok ketiga adalah The Family Milenial yaitu mereka yang sudah berkeluarga atau mulai memikirkan kea rah tersebut.

Kelompok ini rata - rata berusia 28 - 35 tahun pada 2015. Mereka adalah produk era reformasi karena pada tahun 2018 mereka baru saja lulus SMA dan juga mengalami masa transisi dari analog menjadi digital pada masa SMA.

Nah seperti yang kita ketahui, di zaman sekarang banyak sekali generasi milenial yang Berjaya diwirausaha dalam berbinis online bahkan generasi old pun ikut andil dalam dunia bisnis online ini. Apa lagi pada zaman sekarang ini, teknologi menjadi sarana utama demi tercapainya kesuksesan dalam dunia bisnis online ini. Bagaimana tidak, semua yang kita butuhkan berada di genggaman kita yaitu Handphone atau lebih dikenal dengan Android.

Seperti kita ketahui, di zaman sekarang android sangat mudah kita dapatkan. Dulu membeli android itu hanya bisa dilakukan oleh kaum menengah atas saja. Tetapi di zaman milenial ini, android bisa dibeli secara kredit dan syaratnya pun mudah, hanya dengan fotocopy KK dan KTP ataupun dengan uang muka kita dapat membeli android sesuai selera. Jadi tidak ada alasan lagi untuk meraih kesuksesan dalam berwirausaha.

Selanjutnya, jika bermasalah mengenai modal kita bisa dapatkan dengan cara menabunng dengan target minimal 2 tahun dalam menyimppan uang sebagai modal usaha kita. Jika merasa menabung itu sulit dan lama, kita bisa melalukan dengan cara meminjam modal usaha ke Bank yang menyediakan modal usaha untuk masyarakat. Dengan melakukan berbagai macam syarat dan ketentuan yang diberikan pihak Bank kepada kita, kita bisa mendapatkan modal usaha. Seiring berjalannya waktu, cicilan bisa selesai jika usaha kita sukses.

Sebagai contoh dalam kehidupan sehari hari, banyak mahasiswa yang tidak mempunyai pekerjaan tetap lebih memilih terjun kedunia bisnis online yang modalnya tidak begitu besar seperti membuka olshop yang dipasarkan melalui Facebook,Instagram dan WhatssAp. Jika ada yang bertanya bagaimana mendapatkan barang yang dijual di luar daerah? Jawabannya simple. Kita tidak perlu membuang uang untuk ongkos ke Jakarta, Bandung, Yogyakarta atau ke kota lainnya. Cukup kita duduk manis dirumah dan mencari atau memesan di aplikasi yang tersedia di playstore seperti Shopee, Buka Lapak, Toko Pedia atau semacamnya.

Generasi milenial lebih menyukai fashion yang bagus dan harga sesuai saku. Apa lagi olshop baju, tas, sepatu, hijab dan lain lain banyak digemari oleh para pelajar SMA yang kita ketahui uang jajannya tidak begitu banyak. Dan pintarnya owner olshop memberi harga sesuai dengan uang jajan anak SMA. Maxsimal harga Rp.150.000 per barang. Dan pembayaran pun bisa dicicil sebelum barang pesanan itu datang. Hebat bukan? Tidak hanya motor yang bisa dikredit,
ternyata belanja online pun bisa di bayar dengan cicilan di zaman milenial ini.

Tidak hanya berjual dalam fashion, tetapi berbisnis dalam kuliner pun bisa menjadi peluang besar bagi ekonomi kita. Jika kita punya bakat dalam memasak dan membuat kue ataupun makanan kenapa kita tidak berinisiatif untuk terjun kedunia bisnis kuliner yang bisa meraih keuntungan yang banyak? Banyak sekali ibu rumah tangga yang jarang memasak dan lebih memilih membeli masakan yang dijual secara online atau pun siap saji di rumah makan. Dan para remaja yang gemar memakan makanan yang serba instan pun suka sekali membeli makanan melalu media sosial dan dipesan lewat aplikasi go food.

Jadi tidak ada hambatan atau masalah jika kita ingin sukses dalam dunia wirausaha. Apa lagi pada zaman milenial ini, kita bisa memanfaatkan kecanggihan teknonolgi. Jangan hanya kita manfaatkan internet dengan hal hal yang tidak berfaedah dalam kehidupan kita dan mengarah pada hal - hal negatif.

Menurut CEO Syarfi Teknologi Finansial, Syauki (https://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/p1eswu282/tips-bagi-generasi-millenial-menjadi-pengusaha), kunci utama menjadi pengusaha adalah sebuah niat dan komiten. Karakter enterpreneurship pertama adalah niat, mengubah pola pikir di mana bisnis bukan tempat mencari uang.

"Sekarang banyak sekali tools teori dan praktek enterpreneurship. Perkembangannya saat ini luar biasa. Seorang enterpreneur lebih baik dibandingkan menjadi pegawai negeri dan profesional lainnya meski itu merupakan pilihan (pekerjaan)," ucapnya.

Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan juga sebagai pengusaha, seperti membuat sebuah produk atau jasa secara simpel. "Jangan buat produk yang rumit dulu, sederhana saja dimulai dari yang kecil terus tes ke pasar atau berikan ke teman-teman, dari situ bisa belajar dari pengalaman apa yang harus direvisi," ucapnya.

Sebelum terjun ke enterpreneur ia menyarankan beberapa hal yang perlu ditelaah seperti pandai mengambil peluang, konsep bisnis, validasi konsep bisnis, membuat bisnis model, bisnis plan dan memulai jalankan bisnisnya. Kendati demikian, ia menyoroti kurangnya pemerintah dalam hal mendukung enterpreneurship. Padahal profesi ini bisa membantu perekonomian dalam negeri.

Jadi untuk para pemula yang ingin berwirausaha atau yang sudah berwirausaha di era milenial ini di tuntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Selalu menampilkan inovasi baru disetiap waktu. Hal-hal yang bisa diterima dikalangan milenial, bisa memanfaatkan teknologi yang canggih di era milenial ini. Melihat peluang usaha yang bisa memasuki kalangan di era milenial. Berwirausaha juga butuh ketahanan jiwa yang kuat untuk menyambut rintangan dan kegagalan. Tidak semua yang berwirausaha menjalani proses yang lancer. Jangan mudah menyerah, selalu semangat dan terus berusaha diiringi dengan doa. Terus menggali kemampuan dalam berwirausaha yang baik dan jangan takut untuk memulai berwirausaha. (*)

Penulis Adalah Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Publik STISIPOL Raja Haji Tanjung Pinang