Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Diduga Dilakukan PT BES

Ribuan Ton Limbah Sandblasting Dibuang di Hutan Tembesi
Oleh : Ali
Sabtu | 22-01-2011 | 18:33 WIB
samlas4.JPG Honda-Batam

Awang, warga lokasi hutan Tembesi, Barelang yang merasa gatal-gatal memperlihatkan Limbah B3 sanblasting diduga mulik PT BES. (Foto: Ali).

Batam, batamtoday - Ribuan ton limbah Sandblasting dibuang di kawasan hutan Tembesi, Barelang, secara sembarangan dengan tidak mengindahkan keselamatan lingkungan. Akibatnya, warga sekitar areal pembuangan terkena dampak berupa sakit gatal-gatal pada sekujur tubuhnya.

Warga menduga tumpukan limbah bahan berbahaya beracun (B3) itu dibuang PT Batam Expresindo Shipyard (PT BES) yang berlokasi di Tanjunguncang.

Awang (45), warga sekitar hutan Tembesi, Barelang, mengaku merasa gatal-gatal akibat limbah sandblasting yang diduga milik PT BES tersebut.

Dari pantauan batamtoday di lapangan, beberapa titik tumpukan limbah tersebut, kalau dilihat sekilas mirip dengan tumpukan tanah hitam atau bekas pembakaran. Untuk menemukan lokasi tersebut tidak sulit tidaklah sulit, karena jalan untuk masuk ke lokasi sekitar 100 meter dari taman bukit Barelang yang merupakan jalan merah (tanah, red).
 
Dari jalan utama, kita menempuh jalan sekitar 3.000 meter untuk tiba di lokasi. Sepanjang perjalanan, kondisi jalan rusak. Dan sepanjang jalan yang rusak ditemukan tumpukan limbah yang digunakan memperbagus jalan.

Tidak jauh berbeda dengan tumpukan di lokasi utama, di setiap tumpukan kecil limbah di sepanjang perjalanan tercium bau besi dan minyak. Selain itu, aroma karat dan serbuk cat masih sangat kental.

Akibat terkena limbah B3 itu, warga sekitar lokasi merasa resah karena lingkungan dan pemukiman mereka jadi tercemar. "Kalau sudah kena debunya, kulit terasa panas dan badan terasa gatal-gatal," kata Awang kepada wartawan di lokasi penumpukan limbah, Sabtu 22 Januari 2011.

Warga yang pertama sekali menemukan tumpukan limbah B3 ini, Awang, kesehariannya mencari kayu bakar. Awalnya, ia dan masyarakat sekitar tidak mengetahui kalau tumpukan itu merupakan limbah yang berbahaya.

"Bentuk limbah itu seperti tanah timbunan biasa saja. Hanya saja, di antara tumpukan limbah itu terlihat banyak potongan besi. Awalnya, kita mengira itu hanya timbunan tanah biasa," ujarnya seraya menunjuk ribuan ton limbah sanblasting yang menutupi lubang besar yang ada di tengah hutan tersebut.

Namun setelah dicongkel, lanjut Awang, ternyata ditemukan beberapa potongan-potongan besi. Ia juga mensinyalir bahwa pengiriman limbah ke hutan itu menggunakan lori berkapasitas 10 ton, yang dimulai sekitar sebulan lalu.

Meski di areal tumpukan limbah B3 itu tidak ada pemukiman warga, namun tetap juga warga sekitar hutan terkena gatal-gatal akaibat debu limbah yang dibawa angin.

"Kami menduga limbah itu milik PT BES. Soalnya ada juga pengakuan dari supir yang mengangkut limbah ke areal hutan ini," ungkap Awang lagi.

"Kita ini hanya kerja saja bang, barang ini milik PT BES," ujar lelaki berkulit hitam ini menirukan ucapan supir truk yang mengangkut limbah itu sekitar seminggu yang lalu.

Warga sekitar berharap, instansi terkait segera mengambil tindakan yang tegas terhadap perusahaan yang telah melakukan pembuangan limbah sembarangan, karena telah melanggar undang-undang lingkungan hidup.

Sementara itu, pemilik perusahaan PT BES, Candra, ketika dikonfirmasi melalui telepon hanya mengatakan akan melakukan pengecekan terlebih dahulu. "Saya cek dulu sama bawahan saya, yaa," ujarnya singkat.