Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Si Miskin Dilarang Sakit

Jamkesda Berujung Kematian
Oleh : Khoirudin Nasution/Dodo
Sabtu | 04-02-2012 | 11:50 WIB
jamkesda-berujung-kematian.gif Honda-Batam

Jazad Muhammad Riko saat disemayamkan di rumahnya. (Foto: Khoiruddin/batamtoday).

KARIMUN, batamtoday -  Hati orangtua mana yang tidak teriris, ketika kemiskinan yang dideritanya harus dibayar mahal dengan kematian sang buah hati. Kematian itu hanya karena pelayanan yang tidak maksimal, akibat membawa sepotong Surat Sakti yang bernama Jaminan Kesehatan Warga Miskin Daerah atau yang lebih dikenal Jamkesda.  

Meski masih berkabung, Arsad (36) mencoba menuturkan ikhwal kepergian anak keduanya itu, Muhammad Riko (2,5). Didampingi istrinya, Susan (24) dan keluarga lainnya, Arsad mengungkapkan bahwa anaknya itu menderita penyakit dimana anaknya itu tidak bisa mengeluarkan air kencingnya. Bahkan penderitaan itu sudah dua hari dirasakan anaknya.  

Merasa dirinya sebagai keluarga miskin, maka Arsad mencoba mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Pendek cerita, berbekal SKTM tadi, Arsad membawa anaknya itu ke dokter spesialis anak, dr Ibnu Arif SpA, yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit anaknya itu, Jum’at (27/1/2012) malam. Di sana SKTM dirubah menjadi Surat Jamkesda.  

Namun sang dokter spesialis menjelaskan bahwa Riko harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) karena keterbatasan alat medis di tempat prakteknya itu. Mendapat perintah, Arsad langsung membawa Riko ke RSUD malam itu juga.  

Seperti biasa, penanganan pertama di Unit Gawat Darurat (UGD) berjalan sesuai prosedur. Setelah dilakukan beberapa kali pengecekan kepada pasien, akhirnya Riko diinapkan di kamar 302 lanatai 3 RSUD Karimun.  

Botol infus sebagai pengganti cairan tubuhnya itu tetap setia melayani Riko, meski berulang kali digantikan. Sedangkan sang dokter hanya datang keesokan harinya sekitar jam 12 siang untuk mengecek kondisi Riko. Begitulah seterusnya hingga hari keempat di RSUD tersebut. 

Merasa diterlantarkan dan tidak mendapat kepastian, dengan nada sedikit tinggi karena bercampur emosi, Arsad mencoba bertanya tentang penyakit anaknya itu kepada dokter spesialis tadi. Namun menurut Arsad, yang didapatnya malah ancaman dari sang dokter.  

“Pak, jangan sampai hati saya sakit. Dari seribu yang sembuh, pasti ada satu yang mati. Jangan gara-gara ini saya masuk media massa,” ujar Arsad menirukan ucapan sang dokter spesialis tadi.  

Tentu saja pernyataan dr Ibnu Arif SpA tersebut semakin menyulutkan emosi Arsad. Dengan nada tinggi dia kembali mempertanyakan maksud ucapan sang dokter tadi. 

“Dokter mengancam saya. Kalau begitu, dari seribu yang dokter sembuhkan, berarti ada 2 ribu yang sudah dokter suntik mati. Terus anak saya mau dokter matikan juga,” ujar Arsad  emosi. 

Namun, tanggapan Arsad ditanggapi dingin oleh sang dokter, sambil berlalu dia menyarankan agar Riko dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta Pusat, yang khusus menangani masyarakat miskin pemegang kartu pelayanan Jamkesda. Sebab menurutnya lagi penyakit gagal ginjal yang diderita Riko tidak bisa diobati di RSUD Karimun ini dan harus dicuci darahnya setiap hari. 

Mendapat kabar seperti itu, Arsad mencoba berdiskusi ke keluarganya untuk mendapatkan biaya perobatan dan lainnya, selama diri dan keluarganya berada di Jakarta nantinya.  

Setelah dirasa memadai, tepatnya Rabu (1/2/2012) pagi, Arsad mencoba mempertanyakan admisitrasi yang harus dia lengkapi, sebagai rujukan  RSUD Karimun ke RSCM Jakarta Pusat, kepada petugas pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang ada di RSUD Karimun tersebut. Namun petugas pelayanan mengatakan bahwa Arsad sudah melengkapi seluruh syarat administrasi yang diperlukan. 

Ironisnya, Rabu malam, petugas jaga Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang ada di RSUD Karimun tadi menjelaskan bahwa masih ada satu surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan lagi, yang harus dilengkapinya keluarga Miskin ini. Bahkan petugas JPKM tersebut menawarkan diri menguruskan surat yang dimaksudkannya itu pada keesokan harinya. Sehingga rencana keberangkatan korban harus tertunda satu hari lagi. 

Namun malang tidak bisa ditolak dan untungpun tak dapat diraih, Muhammad Riko (2,5) menghembuskan nafasnya yang terakhir pada keesokan harinya, Kamis (2/2/2012) pukul 08.00 WIB meninggalkan sedih bercampur perih di hati orangtua dan sanak keluarganya.

Satu hal yang sangat berbekas direlung hati Arsad bahwa ‘Si Miskin Tidak Boleh Sakit’ dan dia akan berusaha mengedepankan uang terlebih dahulu di hadapan para dokter, jika kejadian serupa menimpa keluarga kelak. 

Menanggapi hal itu, ketika ditemui diruang praktek umumnya, dr Ibnu Arif SpA tidak bersedia memberi komentar. Dan dia berjanji membeberkan permasalahan ini, di RSUD Karimun hari ini.