Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kasus Penembakan Petani Sawit di Jambi

Kapolri Diminta Tarik Aparat Polisi dari Perkebunan
Oleh : Tunggul Naibaho
Minggu | 16-01-2011 | 09:30 WIB

Jambi, batamtoday - Kapolri diminta menarik aparat kepolisian terutama pasukan Brimob dari wilayah perkebunan PT Kresna Duta Agrindo (KDA), di Desa Karang Mendapo, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi, aparat kepolisian terutama satuan Brimob diminta untuk segera menarik diri dari wilayah PT KDA. Karena kehadiran polisi hanya memperuncing masalah, dan satuan Brimob diminta untuk stop menembaki para petani.

Demikian dikatakan Kordinator Nasional Forum Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Mansuetus Darto kepada batamtoday pertelepon Minggu 16 Januari 2011 pagi.

"Kehadiran polisi hanya memperuncing masalah dan memperluas konflik," tegas Mansuetus.

Mansuetus menuduh perusahaan-perusahaan besar kerap memakai jasa polisi untuk mengkriminalkan warga petani, terkait kasus-kasu sengketa lahan.

Kejadian sudah berulang, dan terjadi bukan di Jambi saja, tetapi juga di Riau, Sumatera Utara, dan juga Kalimantan, kata Mansuetus.

"Kami minta agar Polri menghentikan melakukan pendekatan keamanan di dalam perkebunan," ucapnya.


Hal ini dikatakan Mansuetus Darto terkait penembakan yang dilakukan pasukan satuan Brimob atas 6 petani sawit di Desa Karang Mendapo, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi, Sabtu 15 Januari 2011. Selain menembak 6 petani, aparat kepolisian juga menahan 7 petani lainya.

Keenam petani yang mengalami luka serius itu adalah Nur alias Ujang, Mawir, Saiful, Agus, Fahmi, dan Suhendri. Kini, mereka masih dirawat intensif di RSU Raden Mattaher Jambi setelah menempuh lima jam perjalanan dari Kabupaten Sarolangun ke Kota Jambi. Para korban tiba di rumahsakit sekitar pukul 16.30 WIB.

Salah seorang korban Nur alias Ujang (34), mengatakan, mereka tiba-tiba saja diserang Brimob saat sibuk memanen sawit.

"Pagi itu, sekitar 150 orang petani sedang mengambil panen buah kelapa sawit di lahan plasma milik desa, namun tiba-tiba saja saat itu juga anggota polisi langsung mengejar dan menembaki warga," kata Nur.

Melihat polisi bersenjata api, kata Nur, warga tidak bisa melawan dan berhamburan berlari menyelamatkan diri hingga ada korban yang terkena tembakan saat kejadian itu.

Mawir salah seorang dari enam korban yang terkena tembakan  mengalami luka tembak cukup serius di bagian pipi kirinya. Lima orang lainnya yakni Nur, Saiful, Agus, Fahmi dan Suhendri mengalami luka tembak pada bagian kaki, pinggang, dan pantat serta bagian rusuk, namun kondisinya tidak terlalu parah seperti Mawir.


Sengketa Lahan

Kepala Desa Karang Mendapo, M Rusdi, yang ikut mengantar warganya yang menjadi kebrutalan pasaukan Brimob mengatakan,warganya ditembaki Brimob yang berpakaian seragam lengkap dengan senjatanya.

Rusdi bercerita, permasalahan berakar pada sengketa lahan perkebunan sejak 2008 antara petani setempat dengan PT KDA, perusahaan yang bergerak bidang perkebunan kelapa sawit milik Sinar Mas Group yang beroperasi di Desa Karang Mendapo, Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Awalnya, masyarakat Desa Karang Mendapo memiliki lahan seluas 1.020 hektare, kemudian ditanami PT KDA untuk bermitra, namun sampai saat ini hanya ada 400 hektare lahan yang diberikan perusahaan kepada warga, sedangkan sisanya sampai saat ini belum juga diselesaikan.

setelah itu timbul sengketa antara PT KDA dengan petani sawit setempat. Dan sejak itu warga atau pun petani sawit di Karang Mendapo sering mendapatkan intimidasi dari petugas pengamanan Brimob di sana.

"Memang benar kami, khususnya warga, sering mendapatkan tekanan dan intimidasi dari perusahaan melalui polisi yang berjaga dan bertugas di lahan PT KDA, namun puncaknya adalah pada peristiwa tertembaknya enam orang oleh Brimob," kata Nur membenarkan Rusdi.

Rusdi membantah kalau dikatakan warganya menjarah kelapa sawit milik PT KDA, karena warga melakukan panen hanya pada lahan plasma milik desa.

"Karena dianggap menjarah, lalu petani ditembaki seperti anjing," kata Nur.

Dilain pihak Kabag Ops Polres Sarolangun, Kompol Aritonang, mengatakan, sebelum kejadian penembakan, anggota Brimob di lapangan terlebih dahulu memberikan tembakan peringatan ke udara. Namun karena suasana tidak kondusif maka anggota Brimob melakukan penembakan atas warga dengan menggunakan peluru karet, dan mengenai beberapa warga.