Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

48 Pasien Ikuti Operasi Bibir Sumbing dan Palate di RS Awal Bross Batam
Oleh : CR-17
Kamis | 25-01-2018 | 14:14 WIB
operasi-bibir-sumbing1.jpg Honda-Batam
Operasi bibir sumbing di RS Awal Bross Batam. (Foto: Nando)

BATAMTODAY.COM, Batam - Setelah sempat mengalami penundaan, kegiatan Bakti Sosial operasi bibir sumbing dan palate RiSing 50 Kepri-Singapura 2018 resmi digelar pada Kamis (25/1/2018) di Rumah Sakit Awal Bros Batam.

Kegiatan tahun ini tidak hanya didukung oleh Konjen Singapura, tetapi juga mendapat dukungan dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Smile Asia, Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik (PERAPI) dan Rumah Sakit Awal Bros Batam.

"Kerjasama dalam operasi masal bibir sumbing ini sudah 5 kali kita lakukan untuk wilayah Kepulauan Riau. Dari awal kegiatan bakti sosial ini berlangsung, kurang lebih sudah 400 orang warga Kepri yang berhasil kembali normal setelah mengikuti kegiatan ini," ujar Sekjen PSMTI Pusat, Edy Husny.

Ia menilai kegiatan ini dapat terus dilakukan, asalkan adanya kerjasama yang baik yang harus terus terjalin antara keseluruhan pihak demi menekan angka penderita bibir sumbing dan palate.

Sementara itu, Sekjen Perapi Pusat Dona Syafitri menjelaskan untuk Indonesia sendiri angka penderita bibir sumbing dan palate sudah termaksud mengkhawatirkan. Namun hal ini tidak didukung dengan dokter spesialis, yang dinilai masih kurang.

"Bayangkan saja, pada tahun 2016 lalu kami pernah melakukan penelitian hanya selama satu bulan. Dan dari penelitian tersebut kami menemukan ada 2000 anak yang menderita bibir sumbing. Angka itu cukup banyak karena dokter spesialis sendiri yang saat ini bergabung hanya berjumlah 200 orang," ucapnya.

Selain keterbatasan dokter spesialis, wilayah Indonesia yang merupakan wilayah Kepulauan juga kerap mempersulit dalam menjangkau para penderita yang tinggal di kawasan terpencil.

Namun pihak Perapi sendiri menargetkan, bahwa di tahun 2020 mendatang pihaknya harus dapat menjadikan Indonesia bebas dari penderita bibir sumbing dan palate.

"Adanya penyakit bibir sumbing ini sendiri sangat berpengaruh terhadap penderitanya. Tidak hanya melihat dari segi kepercayaan diri, dari segi kesehatan para penderita palate bisa terkena penyakit lainnya karena sisa makanan yang akan menjadi plak di langit-langit mulut dan dapat menganggu sistem pernafasan," lanjutnya.

Namun dari keseluruhan operasi ini, pihak Perapi sangat menyesalkan mengenai masih banyaknya masyarakat Indonesia yang mengalami kekurangan gizi.

"Indonesia katanya Negara Kepulauan, tapi ternyata kita sendiri masih belum dapat menikmati hasil laut kita sendiri. Hal ini terbukti dari masih banyaknya penderita akibat kekurangan zat ion zinc, yang banyak berasal dari ikan," terangnya.

Ia juga menambahkan, untuk para penderita bibir sumbing dan palate sendiri sebaiknya dilakukan setelah anak atau pasien berusia di atas 3 bulan.

"Kenapa harus di atas 3 bulan, karena apabila hal ini dilakukan saat pasien beranjak dewasa. Maka hal ini masih akan mempengaruhi pikiran nya, dan tidak dapat memperbaiki cara si pasien untuk berkomunikasi walaupun bibir sumbing tersebut sudah diperbaiki," pungkasnya.

Editor: Yudha