Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Stres Akibat Pekerjaan di Kantor Bikin Lemak Darah Naik
Oleh : Redaksi
Senin | 22-01-2018 | 10:50 WIB
streskerja.jpg Honda-Batam
Ilustrasi - Stres bekerja. (Shutterstock/Lichtmeister)

BATAMTODAY.COM, Batam - Hasil riset dari tim ilmuwan spanyol mengungkap stres akibat pekerjaan di kantor membuat kesehatan kardiovaskuler memburuk. Terutama, kadar lemak dalam darah.

Studi yang dipublikasikan dalam Scandinavian Journal of Public Health itu menautkan stres dengan dyslipidemia, kelainan yang mengubah kadar lipida dan lipoprotein dalam darah.

Para pakar kardiovaskuler memang sudah sejak lama menghubungkan antara stres emosional dan risiko penyakit kardiovaskuler karena berbagai faktor, semisal merokok, pola makan yang tidak sehat, dan gaya hidup didominasi duduk di belakang meja.

Penelitian yang dikerjakan oleh Sociedad de Prevención de Ibermutuamur ini bekerja sama dengan pakar dari Virgen de la Victoria Hospital (Malaga) dan Santiago de Compostela University. Mereka berusaha menganalisis hubungan antara stres akibat pekerjaan dan berbagai parameter berbeda yang diasosiasikan dengan bagaimana asam lemak dicerna dalam tubuh.

Dalam penelitian tersebut, tim ilmuwan mengambil sampel populasi lebih dari 90 ribu pekerja yang melakukan check-up medis. "Para pekerja yang menyatakan mengalami kesulitan dalam pekerjaan mereka selama setahun terakhir 8,7 persen dari sampel, memiliki risiko menderita dyslipidemia lebih tinggi," kata Carlos Catalina, ahli psikologi klinis dan stres kerja.

Dyslipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein yang bisa dilihat pada kenaikan total kolesterol, kadar trigliserida dan lipoprotein densitas rendah (LDL), selain penurunan pada kolesterol baik (HDL).

Dalam penelitian juga terlihat bahwa para pekerja yang mengalami stres berisiko memiliki tingkat LDL atau kolesterol 'jahat' yang luar biasa tinggi. Selain itu, juga tercatat HDL yang sangat rendah, yang berpotensi menyumbat pembuluh darah.

"Salah satu mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara stres dan risiko kardiovaskuler adalah perubahan profil lipida atau lemak, yang berarti makin tinggi pula akumulasi plak atheromatous dalam pembuluh darah kita," kata Catalina.

Sumber: Tempo.co
Editor: Gokli