Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ferry Melaju Kencang, Rumah Nelayan Terancam Tumba

Stop Aktivitas Kapal, Warga Todak dan Kubung Turun ke Laut
Oleh : Ali/Dodo
Senin | 19-12-2011 | 16:06 WIB
ferry-punggur.gif Honda-Batam

Kapal Ferry trayek Batam-Tanjungpinang PP saat merapat di Pelabuhan Telaga Punggur. (Foto: Ali).

BATAM, batamtoday - Warga Pulau Todak dan Pulau Kubung, Kelurahan Ngenang Kecamatan Nongsa mengaku resah dengan aktivitas kapal-kapal di Pelabuhan Telaga Punggur yang melintasi perairan selat kedua pulau ini dengan kecepatan kencang dan mengakibatkan hancurnya rumah warga serta mengganggu mata pencaharian warga sebagai nelayan.

Keresahan warga dari dua pulau ini ditunjukkan dengan mengambil inisiatif untuk menghentikan sementara aktivitas kapal-kapal yang melintas di jalur tak resmi resmi dengan menunjukkan secara langsung rumah-rumah nelayan dan terumbu karang yang hancur diterjang ombak dari kapal.

"Kami hanya meminta pengertian kepada kapten kapal agar dapat melihat langsung kerusakan rumah warga akibat terjangan ombak kapal selama ini," ujar Baki, Ketua RW 03, Pulau Kubung Kelurahan Ngenang kepada wartawan, Senin (19/12/11).

Baki menuturkan ketika terjun ke laut menggunakan dua kapal pompong, dua ferry trayek Batam-Tanjungpinang PP yakni Baruna dan Citra Mas 88 berhasil mereka hentikan untuk melihat langsung efek dari kapal-kapal yang melintas dengan kecepatan tinggi itu.

Sementara kapal Marina yang diminta untuk berhenti sementara melihat rumah nelayan yang hancur, tidak memperdulikan permintaan tersebut. Malah kapal ini makin melaju kencang.

"Padahal ketika tujuh orang warga saya yang turun ke laut dan naik kapal ferry sebelumnya meminta maaf kepada para penumpang atas perhatiannya agar penumpang dan kapten kapal bisa langsung melihat nasib warga kami yang terkena ombak kapal," terangnya.

Bahkan, kata warga nelayan ini permintaan kedua warga pulau ini sudah lama meminta kepada pihak pelayaran Pelabuhan Telaga Punggur bahkan telah mengirimkan surat resmi kepada Syahbandar agar kapal-kapal yang melintas di selat pulau ini tidak lagi melaju dengan kecepatan tinggi.

"Selama ini kami sudah cukup memberitahukan tiap kapal yang melintas dengan menngibarkan kain putih di pelantar dan di rumah agar pelan-pelan yang tidak mendatangkan ombak ke rumah kami. Tapi hari itu dilakukan, namun himbauan kami tidak dihiraukan mereka. Sehingga rumah panggung kemasukkan air, bahkan kalau ombak kapal kencang rumah kami sampai terangkat," ujar Benjamin Mantel, warga  Pulau Kubung kepada wartawan di Pelabuhan Telaga Punggur.

Hal senada juga dikatakan Lurah Ngenang, Anwar, warganya selama ini telah mengeluhkan ke Syahbandar pelabuhan, namum beberapa kapal yang melintas masih juga melintas dengan kencang sehingga warga turun ke laut menghimbau kepada kapal agar melintas di selat Pulau Todak dan Kubung agar melambankan lajunya.

"Setelah saya mendapat laporan, warga yang terjun menghimbau kepada kapal-kapal ferry agar tidak lagi melaju saat melintas di selat itu," ujar Anwar.

Bahkan, tambahnya selama ini warga telah mengirim surat resmi kepada pihak Sabandar Telaga Punggur, hanya saja pihak-pihak kapal yang melintas beralasan untuk menghindari arus kencang dari jalur resmi terpaksa melintas di selat tersebut. Namun tidak memperdulikan nasib warga yang mayoritas nelayan yang menempati rumah panggung di pinggir laut.

Sementara itu, Norman penanggung jawab operasional kapal Baruna mengakui bahwa kapal Baruna melintas bukan di jalur resmi. Kapal yang seharusnya melintas di jalur resmi yakni laut Tanjung Sauk terpaksa melintas di pulau punggur dalam yang tembus ke selat pulau Todak dan Pulau Kubung.

"Tapi dari mengakuan kapten kapal mereka melintas sudah cukup pelan, bahkan ada buktinya, tapi kita tidak tahu juga ada apa dengan warga yang menyetop kapal kita," ujarnya singkat.