Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Biarlah Kami Rawat Buah Cinta Kami

Maafkan Bunda Nak..
Oleh : Romi Candra
Kamis | 11-01-2018 | 17:26 WIB
sejoli_pembuang_bayi.jpg Honda-Batam
Inilah pasangan sejoli yang menyesal telah membuang buah cintanya. (Foto: Romi Candara)

WAJAHNYA tertunduk lesu dibalut malu, ditingkahi air mata yang deras basahi pipi. Semuanya bercampur jadi satu. Entah bagaimana rasa itu berkecamuk membuncah dalam benak D (22) dan I (21). Pasangan dua sejoli inilah yang kalut lalu membuang bayi hasil buah cintanya. Maafkan bunda nak...Bagaimana rasa sesal pasangan sejoli itu? Berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Chandra.

Hujan tak hanya membawa hawa dingin, tapi juga suasana asyik masyuk bagi pasangan sejoli yang tengah dimabuk asmara ini. Asmara yang menghantam benteng iman mereka berdua. Hingga perbuatan itu pun terjadi sudah. Sayang, kedua insan itu tak berani menanggung segala resiko. Tapi apa hendak dikata, garis nasib berkata lain. D dan I pun harus masuk bui.

Turun dari mobil, dengan baju serba orange, pasangan ini digiring masuk ke Mapolresta Barelang. Setelah berhasil diamankan Polsek Batuaji, Rabu (10/12018) sore.

Baik D maupun I, hanya bisa tertunduk saat kamera menyeroti dan menggiring hingga ke lantai dua Mapolresta Barelang, tempat keduanya akan diekpose atas perbuatan yang mereka lakukan. Tidak tanggung-tanggung, hukuman lima tahun penjara tengah menanti mereka.

Sebagai orang yang baru saja melahirkan tanpa bantuan medis, tampak jelas raut wajah I selalu menahan sakit. Berjalan pun harus dipapah D. Jika boleh terus terang, I pasti akan merintih, "aku sudah tidak kuat untuk melangkahkan kaki".

Betapa tidak, demi menutupi aibnya, ia nekat melahirkan di kamar kosnya sendiri, tanpa bantuan siapapun. Tali pusar yang menghubungkan ia dengan bayinya diputusnya hanya menggunakan tangan, ya tangan kosong. Tentu tidak terbayangkan bagaimana suasana mencekam saat itu, dan perasan I yang menahan sakit.

Pertanyaan demi pertanyaan langsung dilontarkan para pewarta kepada D dan I, begitu mereka sampai di ruang ekpose. Namun perkataan awal yang terucap oleh I, ialah kalimat ingin melihat dan merawat anaknya.

"Saya ingin melihat dan merawat anak saya. Saya sangat menyesal. Semua ini kami lakukan karena tidak tahu harus bagaimana," ungkap I, pelan, dan dengan kepala terus tertunduk.

Diceritakan I, keputusan untuk meletakkan buah hatinya itu di dekat panti asuhan, adalah ide mereka berdua. Bahkan mereka juga sengaja meninggalkan foto mereka berdua, agar orang mengetahui kalau merekalah orangtuanya. Mungkin mereka berfikir seperti cerita film, yang saat tumbuh besar nanti, akan kembali berkumpul bersama.

Namun ini adalah dunia nyata, buka cerita belaka. Aksi nekat itu justru menjerumuskan mereka ke dalam penjara. "Kami takut orangtua di kampung malu karena perbuatan kami. Kami juga bingung harus bagaimana. Mau membunuh juga tidak tega, karena ini adalah darah daging kami," lanjut I.

Diakui I, ia melahirkan putrinya pada Senin subuh (8/1/2018), sekitar pukul 03.00 WIB. Sekitar pukul 05.00 WIB, barulah D datang ke kos untuk membantu I membersihkah kamar.

"Darah melahirkan membasahi lantai. D yang bersihkan. Saya sudah tidak ada tenaga. Tali pusar saya putus dengan tangan," kenangnya.

Selama satu hari, mereka terus bersama, memikirkan apa yang harus dilakukan. Hingga ide untuk mengantarkan ke panti asuhan pun muncul.

Sayangnya, rencana itu tidak semulus yang mereka kira. Mereka juga takut untuk memberikan secara langsung anak itu. Sebab, nantinya akan banyak pertanyaan kenapa mereka tidak mau merawat anak itu.

"Kalau kami antarkan secara baik-baik, pasti nanti bakal panjang pertanyaan. Akhirnya hubungan gelap kami ketahuan, karena melahirkan diluar nikah," lanjutnya.

Tanp pikir panjang, pada Selasa subuh (9/1/2018), mereka mulai berkeliling mencari panti asuhan untuk meletakkan bayi tersebut. Sampai akjirnya tiba di dekat Panti Asuhan Hizbut Wathani, Komplek Perum Villa Paradise, Kelurahan Bukit Tempayan, Kecamatan Batuaji, Batam.

"Kami membawa bayi itu dengan cara memasukkan ke dalam koper. Saya memegang koper itu hati-hati. Anak ini juga tidak menangis mulai dari setelah melahirkan hingga kami bawa. Saya juga mencoba memberi makan dengan ASI saya, tapi belum ada airnya. Akhirnya anak kami hanya minum susu yang dibelikan D," tambah I, dengan kepala makin tertunduk, mengisyaratkan penyesalan yang tidak terhingga.

"Saya ingin melihat anak saya. Saya ingin membelainya. Saya sangat menyesal," ujar I lagi.

Sementara bapak dari anak ini, D, hanya bisa pasrah dengan kejadian ini. Sama dengan I, rasa sesal dan merasa bersalah terus menghantuinya.

"Setelah anak kami ditemukan warga, dan banyak postingan di media sosial, kami sangat bersalah. Karena itu saya nekat memberitahu keluarga yang ada di sini tentang apa yang terjadi," terang D.

Niatnya menceritakan pada keluarga, agar mereka bisa mengambil bayi itu dan merawatnya. Mereka juga ingin menikah agar bisa menjalani hubungan yang sah.

Namun nasi sudah menjadi bubur, pihak keluarga akhirnya sepakat memberitahukan polisi, sehingga D dan I diamankan di kawasan Marina.

"Kami ingin mengambil anak kami. Tujuan kami memberitahukan keluarga untuk itu. Kami ingin menjemput anak kami ke Polsek. Tapi proses hukum harus dipatuhi. Kami sekarang tidak bisa berbuat apa-apa," tambahnya.

Diakui D, mereka tidak kepikiran akan berhadapan dengan polisi. Dengan meletakkan foto mereka dekat bayi itu, harap mereka adalah, agar panti itu mau merawat dan membesarkan anaknya.

"Kami hanya berharap, polisi bisa memberikan keringanan kepada kami. Kami ingin merawat buah hati kami. Kami tisak bermaksud menelantarkannya. Tapi disisi lain, kami tidak mau keluarga di kampung tahu dan akhirnya menanggung malu karena ulah dari anak-anaknya," harap D.

D juga mangatakan, penyesalan yang paling mendalam untuk dirinya dan I, adalah tidak berani berterus terang pada keluarga tentang apa yang telah mereka lakukan. Selain itu, kondisinya yang sekarang ini tidak bekerja, juga menambah kemelut dalam pikiran untuk tindakan yang harus diambil.

"Kalau saja kami berani mengatakan pada keluarga dari awal, pasti semua ini tidak terjadi. Saya juga takut menikah karena tidak bekerja. Pakai apa saya nafkahi mereka nanti. Semua ini adalah salah saya," sesalnya.

Biarlah kami rawat buah cinta kami. Maafkan bunda nak......

Editor: Dardani