Pakai Gelang di Leher, Tradisi Unik Kecantikan Wanita Suku Long Neck Karen Thailand
Oleh : Nando Sirait
Jumat | 27-04-2018 | 14:28 WIB
nayan-thailand1.jpg
Wanita suku Long Neck Karen Thailand. (Foto: Nando Sirait)

BATAMTODAY.COM, Thailand - Kecantikan adalah hal yang wajib bagi seorang wanita. Tidak hanya kecantikan dari dalam hati, kecantikan luar bagi wanita modern saat ini seperti menjadi hal yang wajib, apalagi ditambah dengan banyaknya perawatan kecantikan dan salon di era sekarang ini.

Namun bagaimana apabila seorang wanita modern saat ini, diminta untuk memilih mempertahankan tradisi yang membuat mereka terlihat aneh, atau tetap mempertahankan kecantikan mereka saat ini. Pasti akan sulit sekali bagi seorang wanita, yang harus terpaku dengan adat-istiadat tetapi juga harus tetap menjalani rutinitas masing-masing.

Hal ini yang coba dipertahankan oleh salah satu suku, yang bermukim di bagian utara Thailand, yakni di Provinsi Chiang Rai. Perempuan yang memakai cincin emas di leher, hingga tampak panjang seperti leher Jerapah. Bagaimana sejarah tradisi ini, berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Nando Sirait dari Thailand.

Long Neck Karen, itulah salah satu suku di Thailand yang hingga saat ini masih memegang teguh adat - istiadat mereka, terutama para wanitanya yang kini menjadi salah satu daya tarik wisata bagi Thailand.

Setelah kemarin tim liputan batamtoday.com, memberikan informasi dalam menunu Chiang Mai, Provinsi Terbesar ke-2 di Thailand yang merupakan Provinsi dengan masyarakat paling kreatif dalam hal kerajinan tangan serta seni dalam bentuk lainnya. Anda dapat mengunjungi Long Neck Village dengan memanfaatkan one day tour, yang bisa anda pesan melalui hotel tempat anda menginap.

Dimana untuk satu orang anda hanya dikenakan biaya 1.250 baht, karena harga ini lebih murah dari pada anda berangkat sendiri. Dengan biaya yang anda keluarkan tersebut, anda akan dibawa ke beberapa lokasi wisata lainnya seperti White Temple, Hot Spring, sebelum tiba di Long Neck Village, hingga dibawa menyebrang ke Negara Laos.

Membahas mengenai Perkampung suku Long Neck Karen, dengan jarak tempuh 180 km dari Chiang Mai atau sekitar 3-4 jam perjalanan darat. Anda akan langsung dibawa menemukan sebuah perkampungan, yang sudah ada sejak 20 tahun lalu di kaki gunung di Chiang Rai.

Ada 5 Suku dari 5 Desa di pegunungan berbeda di kampung tersebut. Diantaranya Suku Akha, Iu Mien (Yao), Lahu (Muser), Palong (Beranting Besar), dan Kayan (Leher Panjang) yang sering disebut Long Neck Karen. Ditinggali oleh kurang lebih 200 penduduk, perkampungan ini dihuni bukan suku asli dari Thailand namun merupakan suku yang merupakan keturunan Burma (Myanmar) dan China.

Untuk Suku Long Neck Karen (Kayan), merupakan suku yang sebenarnya bermukim di Burma (Myanmar). Tinggal di kawasan pegunungan Negara tersebut, Suku Long Neck Karen diketahui akhirnya memilih untuk menetap di wilayah Thailand daripada perkampungan asli mereka.

Hal ini bermula saat penjajahan yang dilakukan oleh Inggris di Myanmar, dimana saat tentara lokal menemukan keberadaan suku Kayan ini. Mereka tidak hanya tergoda oleh kecantikan alami dari para anak gadis, dan wanitanya. Tetapi juga hasil alam yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk asli, seperti emas, permata, dan kayu.

Tengah berperang dengan Inggris, pihak Myanmar meminta agar suku Kayan bergabung dengan memberikan seluruh hasil alam mereka untuk membiayai peperangan. Namun, Suku Long Neck Karen (Kayan) menolak dan memilih meninggalkan desa asli mereka hingga tiba di wilayag Chiang Rai, Thailand hingga perang benar - benar berakhir.

Penggunaan gelang di bagian leher dan kaki para gadis, serta wanita suku Long Neck Karen menurut lagenda adalah untuk menghindari gigitan harimau. Selain itu, penggunaan gelang yang terbuat dari emas ini juga bertujuan untuk menghindari penculikan dari suku lain, saat berperang dengan suku Long Neck Karen.

Kecantikan dan kehalusan kulit alami dari para gadis Long Neck Karen, kerap membuat lawan dari suku lain selalu menculik para anak gadis dan wanita saat terjadi perang untuk menjadi pemuas nafsu mereka. Oleh karena itu, akhirnya para tetua adat suku Long Neck Karen memilih memasangkan cincin emas di leher para anak gadis, guna menjaga kelestarian suku Long Neck Karen (Kayan) hingga akhirnya terlihat aneh oleh para suku lawan.

Tiba di Desa Long Neck Karen (Kayan) pada saat musim panas, atau di pertengahan tahun. Anda hanya akan melihat para wanita dan anak - anak dari suku tersebut, dimana para lelaki suku Long Neck Karen (Kayan) tengah bekerja di ladang dan beberapa diantaranya juga ada yang telah bekerja di kawasan peternakan yang berada di kota.

Memasukki Desa Long Neck Karen, anda akan disuguhi oleh senyum manis dari para warganya. Serta anda dapat membeli oleh - oleh yang merupakan hasil karya wanita - wanita suku Long Neck Karen (Kayan). Para wanita suku ini juga sangat ramah terhadap turis, dimana mereka sama sekali tidak menolak untuk diajak berfoto bersama atau tengah difoto saat tengah mengayam.

Penggunaan cincin emas di bagian leher para wanita suku Long Neck Karen (Kayan), kini juga telah dibatasi dimana dahulu selama kurun waktu per tiga tahun satu buah cincin akan ditambah hingga mereka menua. Tetapi hal ini ternyata banyak menyebabkan kematian para wanitanya, dimana penambahan cincin secara terus menerus menyebabkan sulit bernafas serta makan.

Saat ini, untuk penambahan cincin ini sendiri hanya berlaku hingga si wanita berusia maksimal 45 tahun saja. Dimana hal ini diperlukan untuk mempertahankan identitas asli dari suku Kayan.

Pemukiman dari lima suku yang ada di kawasan perkampungan ini, juga tampak masih asri dengan kekunoan serta keunikannya yang dijaga oleh Pemerintah Thailand dalam menjaga komoditas pariwisata dalam menambah devisa bagi negaranya.

Editor: Yudha