Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Demo Anti Raja Salman di Kedubes Saudi, Sejumlah Aktivis Ditangkap Polisi
Oleh : Redaksi
Kamis | 02-03-2017 | 16:02 WIB
demoantisalman.jpg Honda-Batam

Polisi mengamankan aksi demo anti Raja Salman di Kedubes Saudi Jakarta. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Tatkala Raja Salman mengunjungi DPR, dilanjutkan ke Masjid Istiqlal, dilanjutkan lagi ke Istana Merdeka, sejumlah pegiat melangsungkan unjuk rasa menentang sang raja, polisi sempat melakukan penangkapan.

 

Sekitar 50 pegiat dari kelompok pembela hak buruh migran yang berunjuk rasa di halaman Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, baru sempat melakukan aksi mereka sekitar lima menit saja sebelum polisi bergerak. Polisi dengan cepat membubarkan unjuk rasa mereka, dan menggiring mereka menjauh dari kawasan kedutaan.

Dalam aksi unjuk rasa yang dijaga ketat kepolisian ini, polisi sempat meringkus dan menangkap sekitar 12 peserta aksi. Semuanya laki-laki. Mereka baru dilepaskan beberapa puluh menit kemudian, lapor Hilman Handoni untuk BBC Indonesia.
Ini merupakan unjuk rasa kedua yang digelar di jakarta menandai kunjungan Raja Salman.

Sebelumnya, tiga hari sebelum sang raja tiba, sekelompok orang menggelar aski penentangan, juga di halaman Kedubes Arab Saudi.

Para pengunjuk rasa meneriakkan tuntutan agar Arab Saudi membebaskan para buruh migran yang ditahan di Kerajaan Saudi.
Seorang orator mengatakan bahwa mereka kecewa kepada pemerintah Indonesia karena soal buruh tak masuk dalam pembahasan pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Raja Salman.

"Tak ada satu pun MoU yang ditandatangani terkait dengan buruh migran. Padahal Jokowi menjanjikan perlindungan buruh migran dalam janji kampanyenya yang dikenal dengan Nawacita. Kami juga kecewa bagaimana polisi memperlakukan kami, menangkap teman-teman kami," kata Dinda Nurannisa Yura, salah seorang pengunjuk rasa.

Di bawah seruan polisi yang memerintahkan mereka untuk segera membubarkan diri atau ditangkap, peserta aksi digiring mundur sebelum akhirnya bubar.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani