Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspada! Pecandu Tembakau Gorila Bisa Berakhir di Rumah Sakit Jiwa
Oleh : Redaksi
Sabtu | 07-01-2017 | 10:28 WIB
Ilustrasi-pecandu1.jpg Honda-Batam

Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Berdasarkan uji laboratorium sementara, Badan Narkotika Nasional (BNN) telah melabeli Tembakau Gorila sebagai narkotika jenis baru. Kandungan zat kimia seperti AB-CHMINACA pada Tembakau Gorila dianggap bisa menimbulkan efek halusinasi seperti ganja.

 

"Penggunaan terus-menerus dapat mengganggu kerja saraf pengantar sinyal pada otak," ujar Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus ahli penanganan pecandu narkoba Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Jumat (6/1/2017).

Dalam beberapa kasus, Dadang yang juga berprofesi sebagai psikiater mengungkapkan bahwa narkotika sintetis ini bisa memberikan efek yang berbeda pada penggunanya.

"Pengguna tembakau super gorila dengan dosis tinggi bisa langsung pingsan atau tidak sadarkan diri," ucapnya.

"Pengguna juga jadi sering berhalusinasi, sering melamun, lalu bertingkah seperti zombie."

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Anthony Scalzo, profesor pediatri dan kepala toksikologi Saint Louis University School of Medicine.

Dilansir Live Science, Scalzo menyatakan bahwa senyawa kimia dalam ganja sintetis, seperti tembakau gorila bisa berbahaya.

"Ganja sintesis memiliki senyawa kimia yang tidak pernah dibuat dan ditujukan untuk tubuh manusia," kata Scalzo.

"Ketika ganja sintetis melekat pada reseptor otak dan berinteraksi dengan dopamin yang mempengaruhi gerakan, lengan dan kaki akan terasa kaku seperti diikat. Namun, saat senyawa berinteraksi dengan serotonin yang memengaruhi tidur dan mimpi pengguna akan merasa jadi seperti zombie."

Hanya saja, Dadang mengungkapkan bahwa ada kemungkinan pecandu tembakau super gorila terlihat sehat-sehat saja secara fisik, namun tidak di dalam otaknya.

"Dari luar, pecandu terlihat sehat-sehat saja. Tapi, otaknya pasti sudah mulai error," kata Dadang.

"Perilakunya jadi tidak wajar, tidak rasional. Jika kondisi ini terus berlanjut, bisa berujung di rumah sakit jiwa."

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha