Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Anda yang Tinggal Dekat Jalan Raya, Rentan Terkena Demensia
Oleh : Redaksi
Jum'at | 06-01-2017 | 09:14 WIB
dementiabyepa.jpg Honda-Batam

Penelitian menyebutkan orang-orang yang tinggal di dekat jalan-jalan raya rentan terkena penyakit demensia yang salah satunya diakibatkan dari kebisingan arus lalu lintas. (Foto: EPA)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Orang yang tinggal di dekat jalan raya memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia atau suatu kondisi yang membuat kemampuan otak seseorang mengalami kemunduran, sebut penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, The Lancet.

Dalam kajian itu disebutkan sekitar 10% kasus-kasus demensia menyerang orang-orang yang tinggal dalam radius 50 meter dari jalan raya bisa disebabkan oleh bisingnya arus lalu lintas.

Para ilmuwan, yang melakukan penelitian terhadap hampir dua juta orang di Kanada selama 11 tahun, mengatakan polusi udara atau kebisingan lalu lintas bisa berkontribusi terhadap penurunan otak.

Para ahli demensia di Inggris mengatakan perlu penyelidikan lebih lanjut atas temuan tersebut, namun mereka menyebutkan penelitian ini "pasti masuk akal".

Namun, penyebab penyakit, yang bisa menurunkan daya ingat dan kekuatan otak seseorang, masih belum diketahui secara pasti.

Pertumbuhan populasi

Penelitian di The Lancetmenelusuri kehidupan hampir dua juta orang di Provinsi Ontario, Kanada, antara tahun 2001 dan 2012.

Ada 243.611 kasus demensia yang didiagnosis dalam kurun waktu tersebut, namun orang-orang yang tinggal paling dekat dengan jalan raya memiliki risiko terkena demensia paling tinggi.

Dibandingkan dengan mereka yang tinggal sejauh 300 meter dari jalan raya risikonya adalah sebagai berikut:

Orang-orang yang tinggal dalam jarak 50 meter dari jalan raya memiliki risiko terkena demensia sebanyak 7%.
Orang-orang yang tinggal dalam jarak 50-100 meter dari jalan raya memiliki risiko terkena demensia sebanyak 4%.
Orang-orang yang tinggal dalam jarak 101-200 meter dari jalan raya memiliki risiko terkena demensia sebanyak 2%.

Analisis menunjukkan bahwa sebanyak 7-11% kasus-kasus demensia menimpa orang-orang yang tinggal dalam jarak 50 meter dari jalan raya boleh jadi disebabkan oleh kebisingan arus lalu lintas.

Dr Hong Chen, dari Lembaga Kesehatan Masyarakat Ontario dan juga salah satu penulis dalam penelitian tersebut, mengatakan, "Peningkatan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi telah menempatkan banyak orang tinggal di jalan raya yang sarat akan kemacetan. Seiring dengan makin banyaknya masyarakat yang terpapar kebisingan lalu lintas serta tingkat pertumbuhan demensia, dampak sederhana dari terpaparnya tinggal dekat jalan raya bisa menimbulkan beban kesehatan masyarakat yang besar," ujarnya.

"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami kaitan antar keduanya, terutama dampak dari aspek-aspek yang berbeda dari lalu lintas, seperti polusi udara dan kebisingan," tambahnya.

Para peneliti menyebutkan bahwa kebisingan, partikel ultrafine, nitrogen oksida dan partikel dari ban mobil mungkin menjadi penyebabnya.

Namun, penelitian ini sepertinya hanya dipusatkan untuk kalangan yang terkena demensia. Kajian ini tidak dapat membuktikan bahwa tinggal di dekat jalan raya dapat menyebabkan penyakit dimaksud.

"Ini adalah penelitian penting," kata Prof Martin Rossor, yang menjabat direktur peneIitian demensia dari Institut Nasional Penelitian Kesehatan di Inggris.

Ia menambahkan, "Dampaknya memang kecil, tapi dengan adanya gangguan dengan prevalensi penduduk yang tinggi, efek tersebut dapat memiliki implikasi penting bagi kesehatan publik."

Prof Tom Dening, direktur Pusat Demensia di Universitas Nottingham, mengatakan temuan itu "menarik dan provokatif".
Ia mengatakan, "Masuk akal jika polusi udara dari asap knalpot motor berkontribusi terhadap patologi otak yang dari waktu ke waktu dapat meningkatkan risiko demensia, dan bukti ini akan menambah kegelisahan orang-orang yang tinggal di wilayah di mana konsentrasi lalu lintasnya tinggi.

"Tidak diragukan lagi hidup dalam kondisi polusi udara yang parah sangat tidak menyenangkan dan sulit untuk menganggap bahwa itu baik bagi siapa pun."

Saran terbaik untuk mengurangi risiko demensia adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyehatkan bagi tubuh kita - berhenti merokok, olahraga dan makan sehat.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani