Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Di Inggris Menolak Rasisme dengan Peniti
Oleh : Redaksi
Kamis | 30-06-2016 | 18:50 WIB
komentar.jpg Honda-Batam

"Saya sangat berharap saya tidak berada di sini sekarang - tapi inilah solidaritas saya." (Sumber foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Inggris - Ada sejumlah laporan tentang hinaan rasis di Inggris sejak hasil referedum diumumkan, yang menyatakan keinginan mayoritas warga keluar dari Uni Eropa.

Seorang perempuan lantas melontarkan ide sederhana untuk menunjukan solidaritas melawan rasisme, yaitu dengan memakai peniti.
    
Marah karena sejumlah cerita rasisme, dia menggunakan Twitter untuk menunjukan frustrasi. Dia menganggap bahwa memakai peniti adalah solusi paling sederhana.

@Cheeah memiliki nama asli Allison, dia tidak ingin nama panjangnya diketahui untuk alasan keamanan dan tinggal di London.

Kepada BBC dia mengatakan, "ini tidak cuma digunakan sebagai gestur simbolik atau sebuah cara yang sekedar "saling menepuk punggung".

"Menggunakan peniti untuk menunjukan solidaritas dengan warga Uni Eropa dan imigran di Inggris."

Jika orang-orang memakai pin dan mendukung kampanye yang mereka katakan, mereka akan bersiap menjadi bagian dari solusi. Ini bisa berupa menghadapi langsung perilaku rasis atau jika tidak memungkinkan, setidaknya mendokumentasikannya.

"Secara umum, ini tentang menggapai orang-orang dan mengatakan bahwa mereka aman dan diterima," tambahnya.

Di Twitter, foto para pengguna peniti banyak diunggah di Twitter. Tetapi, tidak semua orang berpikir bahwa SafetyPin adalah ide yang tepat.

Akun @EmilyBaah menulis, "Mengapa Anda membutuhkan peniti untuk menunjukan Anda tidak rasis? Karena Anda tidak menjadi rasis dengan sendirinya bukan?"

Lainnya berkomentar dengan nada sarkasme. "Besok saya akan mencoba dan memulat tren tagar untuk mengecat kuping Anda kuning sebagai solidaritas dengan Uni Eropa untuk melihat apakah ada mellennials yang melakukannya safetypin," kata @OffenceOffice.

Grafiti yang bernada ofensif muncul di kawasan orang Polandia di London, kartu dengan tulisan "tidak untuk kutu Polandia" telah dikirim ke kotak-kotak surat di Cambridge, dan seorang veteran AS disebut sebagai "seorang imigran" dan disuruh "kembali pulang ke Afrika" dalam sebuah tram di Manchester.

Allison tidak berasal dari Inggris, dia lahir di New England, AS, tapi dia menganggap dirinya seorang "imigran yang tersamarkan" karena fakta dia putih dan berbahasa Inggris.

"Saya bukan warga negara Inggris, saya tidak bisa memilih tapi saya bagian dari masyarakat ini. Saya menikah dengan seorang Inggris dan tinggal di sini selama enam tahun. Penting bagi saya untuk bergabung dengan orang (imigran) lain yang tidak bisa tersamarkan (karena penampilannya).". (Sumber: BBC)

Editor: Udin