Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Awan Panas Sinabung Tenggelamkan Desa Gamber
Oleh : Redaksi
Senin | 23-05-2016 | 08:00 WIB
sinabungindonesiabyreuters.jpg Honda-Batam

Warga yang menyelamatkan diri dari luncuran awan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. (Foto: Reuters)

GUNUNG Sinabung kembali meluncurkan awan panas, Sabtu, 21 Mei 2016. Akibatnya, sudah tujuh warga di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, meninggal dunia. Semua korban adalah warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo yang berada dalam radius lima kilometer dari puncak gunung. Mereka diyakini tengah bertani ketika awan panas meluncur.

 

Pelin Depari, relawan sekaligus pengungsi Gunung Sinabung, mengatakan jatuhnya korban disebabkan kelalaian para penduduk desa yang berkeras menuju lahan pertanian. Padahal wilayah itu masuk kategori zona merah, daerah tertutup untuk masyarakat karena bahaya yang ditimbulkan aktivitas gunung.

“Mereka selalu masuk zona merah lewat jalan-jalan tikus, bukan dari jalan umum. Jalan umum sudah dijaga oleh aparat keamanan,” kata Pelin kepada BBC Indonesia.

Namun, tidak semua pengungsi sependapat dengan Pelin. Ketika ribuan warga Kabupaten Karo mengungsi tahun lalu, seorang warga bernama Abdi Kacaribu mengaku perlu kembali bertani seperti layaknya di kampung halaman. "Yang kami butuhkan adalah kami bisa bekerja, seperti layaknya di kampung. Kami butuh merasa mandiri."

Keinginan Abdi bisa dipahami, namun demi keamanan dia dan penduduk desa lainnya didesak untuk tak lagi bertani di zona merah. Jika imbauan tersebut dipatuhi, menurut pakar vulkanologi, Surono, potensi risiko bencana bisa dikurangi.

“Pada prinsipnya, letusan Gunung Sinabung belum pernah keluar dari radius lima kilometer, sampai sekarang. Yang jadi masalah adalah karena Gunung Sinabung ini lama tidak meletus, sehingga masyarakat terlalu dekat dengan Gunung Sinabung. Itu menjadi masalah, risiko bencana menjadi terlalu tinggi,” kata Surono.

Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana itu menyarankan agar radius lima kilometer dari puncak gunung tidak lagi dihuni manusia. “Itu kan daerah yang bahaya, daerah yang harus kosong dari aktivitas masyarakat. Harus direlokasi bahkan,” tambah Surono.

Expand