Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mbah Maridjan Salah Satu Korban Tewas, Ditemukan Sedang Sujud
Oleh : Dari Berbagai Sumber
Rabu | 27-10-2010 | 11:07 WIB

Yogyakarta-Nasib juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan sudah diketahui. Pria bernama asli Mas Penewu Suraksohargo ini diyakini tewas bersama 25 orang lainnya.  Anggota Tim SAR, Subur Mulyono, yang menyampaikan kabar duka ini.

Jenazah Mbah Maridjan ditemukan pukul 05.00 Waktu Indonesia Barat tadi pagi. "Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sedang sujud di dekat rumahnya," kata Subur di RS Sardjito, Yogyakarta, Rabu (27/10/2010).

Saat dievakuasi, posisi Mbah Maridjan masih sujud dengan luka bakar di tubuhnya. Subur mengaku mengenali jenazah tersebut dari batik yang dikenakan jenazah.

"Karena sering ketemu, saya yakin itu Mbah Maridjan -- dari batik yang dikenakan," tambah dia. Sampai saat ini, jelas dia, proses evakuasi sedang berlangsung.

Sebelumnya , petugas Kamar Jenazah RS Sardjito Yogyakarta, mengakui pihaknya sudah menerima jasad Mbah Maridjan. "Benar, Mbah Maridjan sudah ada di sini," kata petugas tersebut.

Soal kondisi jenazah Mbah Maridjan, dia mengaku tak berani menggambarkannya. Yang jelas, "kami menerima jenazah tersebut pukul 06.30 WIB," tambah dia.
Lokasi kediaman Mbah Maridjan di Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman hanya berjarak lima kilometer dari puncak letusan Gunung Merapi. Hal ini sangat mengancam keselamatan Mbah Maridjan.

Awan panas atau disebut wedus gembel sudah menyelimuti wilayah itu. Kemarin malam, Mbah Maridjan sempat ditemui tim evakuasi. Ketika diajak meninggalkan rumahnya, ia menolak

Sebagai juru kunci, Mbah Maridjan tak pernah mau meninggalkan Gunung Merapi, dan setia tetap menjaga Merapi hingga akhir hayatnya. Mbah Maridjan diangkat sebagai juru kunci Merapi oleh Sultan Hamengkubowo IX sejak 1982. Karirnya menjadi juru kunci Merapi dimulainya sejak tahun 1970 saat menjai wakil juru kunci. Mbah Maridjan tidak pernah mengakui kepimpinan Sultan Hamengkubowo X sehingga dia menolak ketika disuruh mengungsi. Mbah Maridjan mengatakan, mau mengungsi jika yang memerintahkan adalah ayahnya Sultan Hamengkubowo X, Hamengkubuwono IX yang sudah meninggal.  Lelaki renta berusia 83 inijuga  pernah mengatakan, "Kalau saya ikut ngungsi akan ditertawakan anak ayam.

Pesan Sujud Mbah Maridjan
Menurut mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi, posisi sujud Mbah Maridjan saat wafat mengandung pesan terakhir Mbah Maridjan. "Mbah Maridjan menyerahkan diri kepada Allah dalam keadaan sujud, seakan memberitahu kita bahwa hanya sujud kepada Allah yang bisa dan harus kita siapkan menghadapi segalanya, karena tak mungkin melalui rekayasa kita," ujar Hasyim.  .

Dengan wafatnya Mbah Maridjan yang juga pengurus NU itu, Hasyim teringat pesan juru kunci Gunung Merapi itu saat ditemui pada 2006 yang dia sampaikan dalam bahasa Jawa. "Panjenengan sak konco poro piageng, kedah 'temen lan sak temene' mugi ndonyane tenterem. (Anda dan para pembesar harus benar dan bertindak sebenarnya agar alam tenteram)," kata Hasyim mengenang.

Hasyim kemudian mengenang sewaktu Mbah Maridjan mengucapkan itu saat Hasyim berkunjung ke rumahnya. "Beliau sangat sederhana. Karena beliau Ketua Ranting NU desa setempat, saya memberi beliau jaket bertuliskan NU, serta seperangkat alat salat dan beliau sangat gembira," kenang Hasyim lagi.

Mbah Maridjan memang dikenal sebagai orang yang sangat sederhana. "Bahkan rumahnya pun baru diperbaiki setelah beliau jadi bintang iklan jamu kuku bima dan itupun digunakan membangun masjid," kata Hasyim yang juga pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok itu.