Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dokumen ISIS Sebut Calon Militan Berasal dari 70 Negara
Oleh : Redaksi
Rabu | 20-04-2016 | 12:38 WIB
aba6aee1-47ad-4755-bb85-9a18690515fc_169.jpg Honda-Batam
ilustrasi kelompok ISIS (foto: ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Analisis terhadap bocoran data dari pembelot ISIS menunjukkan, para pendaftar kelompok militan itu berasal dari 70 negara. Data berisi 11 ribu dokumen yang merinci profil anggota militan itu, didapatkan dari pembelot ISIS yang memberikan bocoran ke jaringan televisi Amerika Serikat, NBC.

Dilaporkan AFP pada Rabu (20/4/2016), lebih dari setengah data itu berisikan profil ganda. NBC kemudian membagikan 4.600 dokumen tersebut ke Pusat Pemberantasan Terorisme, CTC, lembaga terpisah dari akademi militer AS yang berbasis di West Point.

Data ini merupakan salah satu bocoran dari dalam ISIS yang terungkap tahun ini.

Ribuan dokumen pendaftaran anggota ISIS bocor pada Januari lalu ke situs berita oposisi Suriah. Pada Maret, harian Jerman Sueddeutsche Zeitung dan sejumlah media besar Jerman mengklaim, mereka memiliki bocoran serupa. Otoritas keamanan Jerman juga memiliki akses ke bocoran dokumen itu.

CTC mengungkapkan bahwa dengan membandingkan bocoran dokumen yang diterima dari NBC dengan data personel ISIS yang dihimpun Departemen Pertahanan AS, CTC menyimpulkan 98 persen kedua dokumen itu cocok.

Dokumen itu merinci profil pendaftar ISIS dalam bahasa Arab dan dilengkapi dengan catatan tentang mereka dari para perekrut. Dokumen itu diperkirakan menghimpun sekitar 30 persen dari 15 ribu anggota baru ISIS yang memasuki Suriah selama 2013 dan 2014.

Analisis ini tidak hanya menggambarkan berapa banyak ISIS, namun juga menunjukkan betapa ISIS "ingin menjaring banyak anggota baru, mengelola bakat para anggota dengan efektif dan menerima anggota dari beragam latar belakang," bunyi laporan yang diunggah di situs resmi CTC.

Dokumen itu menunjukkan bahwa para anggota ISIS berusia mulai dari 12 hingga 70 tahun, dengan rata-rata usia sekitar 26 atau 27 tahun.

Hanya 400 pendaftar ISIS yang berusia di bawah 18 tahun saat menyatakan berbaiat terhadap "kekhalifahan ISIS."

Arab Saudi menjadi negara dengan pendaftar ISIS terbanyak, yakni 579 orang. Sejumlah negara lain yang menjadi asal anggota militan ISIS adalah Tunisia (559 orang), Maroko (240 orang), Turki (212 orang), Mesir (151 orang) dan Rusia (141 orang).

Terdapat pula 49 pendaftar ISIS dari Perancis, 38 pendaftar asal Jerman, 30 warga Lebanon, 26 orang asal Inggris, 11 orang asal Australia dan tujuh orang asal Kanada. Dalam dokumen itu tidak terdapat anggota ISIS berkewargenegaraan AS.

Sebanyak 30 persen pendaftar ISIS mengaku telah menikah, sementara 61 persen lainnya mengaku masih lajang. Sebanyak delapan persen pendaftar ISIS tidak diketahui statusnya apakah sudah menikah atau belum.

Data juga menunjukkan bahwa 1.371 pendaftar ISIS menyatakan mereka lulus sekolah tinggi, sementara 1.028 lainnya menyatakan mereka mengenyam pendidikan di universitas.

"Kelompok ini tampaknya secara keseluruhan terdidik, terutama bila dibandingkan dengan data PBB soal usia rata-rata lulusan sekolah di negara-negara tersebut," bunyi laporan itu.

Dokumen itu juga menunjukkan bahwa pendaftar ISIS sempat diwawancarai oleh militan yang khusus ditugaskan untuk menilai kesesuaian para pendaftar itu terhadap sejumlah tugas dalam ISIS, termasuk apakah mereka akan bertugas sebagai pelaku bom bunuh diri.

"Sementara ISIS membutuhkan beberapa pelaku bom bunuh diri, mereka juga memerlukan personel untuk berperan sebagai tentara konvensional, pejabat syariah, polisi dan posisi keamanan atau administrasi," bunyi laporan CTC.

Dalam salah satu dokumen, personel ISIS menandai bahwa salah satu pendaftar berstatus "Penting: dia memiliki pengalaman di bidang kimia."

Namun, di atas dokumen seorang pendaftar asal Turki yang berusia 24 tahun dan mengaku dia adalah pengedar narkoba, personel ISIS menuliskan, "Semoga Tuhan mengampuni dia dan kita!"

Hampir 10 persen di antara para pendaftar sudah memiliki pengalaman jihad sebelumnya, termasuk seorang warga Perancis yang mengaku dia pernah berjuang di Mali. Sementara hanya 12 persen pendaftar yang menyatakan mereka siap meluncurkan serangan bunuh diri.

Dokumen yang bocor itu juga berisi 431 "formulir keluar," berupa surat yang menyatakan seorang militan ISIS telah dianggap keluar atau meninggalkan ISIS. Sejumlah alasan terdapat di dokumen itu, di antaranya karena harus mendapatkan perawatan medis, biasanya di Turki, atau karena alasan keluarga.

Namun, dua pejuang ISIS yang keluar tercatat karena alasan berbohong. "Jika dia kembali lagi, dia akan dipenjara." Terdapat pula alasan keluar dari ISIS karena "tidak dapat melatih kesabaran", "tidak ingin kehidupan militer dan jihad", dan "bingung menghadapi masalah."

Terdapat pula sejumlah alasan lainnya, seperti, "Kembalilah ke Libya dan bukan jalan bagi Negara ISIS," atau alasan lainnya semacam, "Omar al-Shishani memberikannya pekerjaan di Turki."

Shishani, atau yang sering disebut "Omar dari Chechnya," merupakan komandan ISIS yang memiliki jabatan penting sebagai menteri perang. Shishani ditemukan tewas dalam serangan udara koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat di Suriah bulan lalu.

Selain rincian soal profil dan tugas, terdapat pula satu kolom yang biasanya tidak terisi dalam "formulir keluar dari ISIS," yakni kolom "tanggal dan tahun kematian." (Sumber: CNN Indonesia)

Editor: Udin