Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nunggak SPP 2 Tahun, Siswi Yatim Piatu Ini Terancam Tak Bisa Ikut UN
Oleh : Harun al Rasyid
Jum'at | 01-04-2016 | 16:12 WIB
khairAni.jpg Honda-Batam
Khairani bersama nenek yang merawatnya sejak kecil. (Foto: Harun al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Khairani (18) siswi kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah, Batuaji, terancam tak bisa mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun ini. Pasalnya ia belum melunasi uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sebesar Rp4,8 juta.

Ketika ditemui BATAMTODAY.COM di rumah kontrakan Kavling Lama Blok D Nomor 19, Sagulung Kota, Khairani mengatakan, jumlah tersebut merupakan akumulasi dari tunggakan SPP selama 2 tahun. Jika tidak melunasi pembayaran SPP sebelum pelaksanaan UN, Khairani tidak diizinkan mengikuti ujian nasional. 

"Sekolah (SMK Muhammadiyah, red) tak memperbolehkan mengikuti ujian kalau tidak bayar uang SPP. Dari kelas XI sudah nunggak sampai sekarang," tutur Khairani, Jumat (1/4/2016). 

Khairani menjelaskan, ketentuan pembayaran SPP tiap bulan yang berlaku di SMK Muhammadiyah senilai Rp 255 ribu. Setiap kali memasuki ujian, baik ujian tengah semester maupun ujian akhir semester ia selalu disuruh keluar kelas karena beban SPP yang belum dilunasinya. 

"Pernah lagi ujian disuruh keluar. Kejadiannya kemarin pas mid baru-baru ini. Waktu itu lagi nulis terus didata lagi, yang belum bayar disuruh keluar," tuturnya. 

Tidak hanya Khairani, beberapa rekan satu sekolahnya juga mengalami yang sama. Diantaranya ada yang disuruh keluar kelas bahkan disuruh pulang untuk mengambil uang SPP. Dikatakan Khairani, persoalan seperti ini berulang kali terjadi menimpa kawan-kawannya di SMK Muhammadiyah, Batuaji. 

"Kalau tidak bayar, disuruh pulang. Dari kelas I dan II sering disuruh keluar dari kelas. Harus dicicil, kalau tidak gak boleh ikut," terang siswi jurusan Teknik Informatika ini. 

Penyebab dilarangnya mengikuti ujian karena terkendala pelunasan biaya SPP ‎malah pernah berdampak menghilangnya siswa beberapa waktu lalu. Seperti yang terjadi pada Rabu (14/10/2015) tahun lalu. Herma Suryani (18), siswi kelas XII SMK Muhammadiyah Batuaji ini sempat menghilang dan enggan pulang  dengan alasan takut karena tidak membayar uang sekolah. 

Padahal, Khairani termasuk siswa yang berprestasi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) 44, Dapur 12, Sagulung. Hingga akhirnya ia mendapatkan bantuan beasiswa dari dana Lembaga Ambil Zakat (LAZ) Batam. 

Awal duduk di bangku kelas X, pihak LAZ sering membayar biaya SPP Khairani sebesar Rp 200 ribu per bulan. Dana tersebut langsung diberikan oleh pengurus LAZ ke pihak SMK. Akan tetapi, memasuki tahun kedua, beasiswa tersebut macet hingga akhirnya menumpuk selama 2 tahun. 

"SPP 255 ribu, dibantu LAZ 200 sisanya kami yang bayar. Waktu kelas II Sudah tidak dibayarkan lagi. Gak tahu kenapa, makanya numpuk sampai 4,8 juta," ujar Khairani lagi. 

Di tempat yang sama, Siti Aisyah (80) nenek Khairani mengatakan, kendati beberapa kali mencoba menghubungi pengurus LAZ, namun tak kunjung juga mendapatkan jawaban pasti. Siti mengatakan, setiap bulan ia mendatangi kantor LAZ Batam Center, namun tidak ada 1 pun pengurus yang menangani permasalahan ini. 

"Biasanya langsung dibayar, tapi sekarang tidak lagi. Sudah bolak balik saya ke sana (kantor LAZ, red) tapi tidak ada tanggapan," ucap Siti. 

Seperti diketahui, Khairani ini merupakan siswi yatim piatu dan tinggal bersama dengan neneknya sejak kecil.

Editor: Dodo