Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kuartal Kedua, Ekonomi Singapura Tumbuh 0,9 Persen
Oleh : shodiqin
Kamis | 11-08-2011 | 08:11 WIB
produk_Singapura.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Sejumlah produk Singapura yang akan dikirim ke luar negeri. Foto:cyberita.asia1

SINGAPURA, batamtoday - Ekonomi Singapura tumbuh 0,9 persen pada kuartal kedua tahun ini. Masih lebih baik dibandingkan keadaan ekonomi global yang muram akibat ekonomi Amerika yang lemah dan krisis utang di Eropa tahun lalu.

Namun, meskipun statistik itu lebih tinggi dari prediksi awal pemerintah sebesar 0,5 persen, tapi masih jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan 9,3 persen pada kuartal pertama tahun ini.

PDB telah tumbuh 6,5 persen pada kuartal kedua dari April sampai Juni lalu, dibandingkan kuartal pertama.

Menurut Kementerian Perdagangan dan Perusahaan (MTI), jika kondisi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa bertambah buruk, ekonomi Singapura bisa tumbuh mendatar pada paruh kedua tahun ini.

Resesi teknis, yang terjadi saat ekonomi tumbuh buat dua suku tahunan berurutan, merupakan satu kemungkinan jika kondisi bertambah buruk.

Dalam Amanat Hari Kebangsaan Singapura ke-46, Perdana Menteri, Lee Hsien Loong, mengumumkan prediksi ekonomi negara tahun ini tumbuh sebesar 5-6 persen, dibandingkan prediksi pertumbuhan 5-7 persen sebelum ini.

Membentangkan Laporan Tinjauan Ekonomi Bagi Suku Kedua 2011 kemarin, Wakil Sekretaris (Industri) Departemen Perdagangan dan Perusahaan (MTI), Kwek Mean Luck, mengatakan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara telah bertambah.

Kekhawatiran mengenai resesi ganda di Amerika telah mulai timbul sedang rencana memperkuat fiskal, pasar perumahan dan buruh yang lemah di sana telah mempengaruhi sentimen bisnis dan pengguna.

Penurunan penilaian kredit Amerika telah menyebabkan ketidakpastian dalam pasar keuangan. Di Uni Eropa (EU), sentimen masih rapuh akibat kekhawatiran masalah hutang akan menyebar di sana.

"Jika kondisi bertambah buruk, pertumbuhan ekonomi Singapura bisa menjadi lebih rendah dari perkiraan," demikian pernyataan MTI.

Kwek tidak menolak kemungkinan ekonomi negara tumbuh mendatar atau mengalami kemerosotan berturut-turut pada paruh kedua tahun ini, lantas bisa menyebabkan negara ini terjerumus dalam resesi teknis, jika kondisi bertambah buruk.

Dalam laporannya kemarin, UOB memperkirakan ekonomi Singapura mengalami resesi teknis pada kuartal ketiga, dengan penurunan sebesar 3,2 persen.

"Kami tidak memperkirakan resesi itu berkepanjangan dan ekonomi akan tumbuh kembali pada kuartal keempat," sebut laporan UOB itu, yang telah menurunkan prediksi ekonomi tahun ini ke 4,8 persen dari 5,7 persen.

Pada suku kedua, GDP negara tumbuh hanya 0,9 persen setelah meningkat 9,3 persen pada kuartal pertama.

Sebab sektor manufaktur yang susut 5,9 persen akibat rilis biomedikal dan elektronik lebih rendah.

Di balik prospek muram itu, Kwek menggarisbawahi beberapa faktor yang dapat mengimbangi kondisi itu.

Ini termasuk permintaan biomedikal lebih tinggi, permintaan bertambah untuk layanan keuangan dan asuransi untuk memenuhi kebutuhan perbankan di kawasan ini dan jumlah pengunjung asing ke Singapura yang 'sehat' karena tertarik untuk mengunjungi resor terpadu (IR) dan menonton Grand Prix Formula Satu (F1).

Sementara itu, Kwek menyebut pengumuman Lembaga Penyimpanan Federal Amerika semalam mempertahankan biaya pinjaman ke level terendah dan langkah mendorong ekonomi, diperkirakan dapat membantu dalam menangani 'kurangnya keyakinan' dalam pasar setelah penurunan kredit di Amerika.