Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gara-gara Persoalan Berak di Celana

Biadab, Ef Habisi Anaknya yang masih Balita Pakai Jurus Taekwondo
Oleh : Romi Chandra/Irwan Hirzal
Minggu | 14-02-2016 | 17:20 WIB

BATAMTODAY.COM, Batam - Entah apa yang merasuki pikiran Ef hingga tega membunuh anaknya sendiri, Muhammad Maulana, yang masih berusia 2,7 tahun hanya karena masalah sepele buang air besar atau berak di celana


Jenazah Maulana ditemukan mengapung di kolam depan rumahnya, kawasan Tanjunguma RT07 RW04, tepatnya di belakang pasar buah, Jodoh, Sabtu (13/2/2016) pagi.

Dengan Wajah yang diutupi sebo, Ef menceritakan awal hingga akhir kejadian dengan lancar. Meski hanya melihat matanya, tampak tidak ada sama sekali rasa penyelasan terhadap perbuatannya. Setiap pertanyaan yang dilayangkan, ia jawab dengan tenang.

Meski tubuh kecil dan tidak tinggi-tinggi amat, ternyata Ef memiliki keahlian beladiri,  taekwondo. Namun, keahliannya bukan untuk digunakan menjaga buah hatinya, malahan untuk membunuh anaknya yang masih balita.

Sontak aja, Jumat (12/2/2016) siang lalu, rumah kontrakan yang ditempati Ef dan istrinya, Su dan buah hatinya Maulana terlihat hening dan mencekam.

Untuk anak seusia Maulana, wajar rasanya jika masih buang air besar di dalam celana. Bahkan untuk berbicarapun, masih sulit dimengerti, karena ia menikmati suasananya sendiri. 
Namun berbeda menurut bapaknya. Ia seakan mengharuskan anaknya bisa melakukan apa saja sendiri, layaknya orang dewasa, sehingga tidak perlu lagi digantikan popok atau celananya kala buang air.

Seperti biasanya, Maulana yang tengah bermain di kamar rumah ukuran kecil, hanya terdapat satu kamar dan ruang tamu kecil,  buang air besar di celana. Katika itu, Ef yang tengah berada di rumah, mencium aroma tidak sedap yang ia yakini berasal dari anaknya.

Benar adanya, aroma tidak sedap itu adalah kotoran Maulana yang sudah tembus keluar celana yang ia kenakan. Ef merasa bosan harus mengurusi kotoran anaknya dan membuatnya naik pitam. 

Kodratnya sebagai kepala keluarga seperti dilunturi harus mengurus urusan rumah tangga. Sementara istrinya sendiri, tengah mengais-ngais sampah mencari sesuap nasi, karena berprofesi sebagai pemulung.

Meski emosi, ia tetap mengurusi anak keduanya tersebut. Sementara anak pertamanya, dirawat oleh kakaknya sendiri di Medan sana. 

Namun entah setan apa yang merasukinya, emosi pria yang mengaku jaga bela diri taekwondo ini makin menjadi-jadi melihat anaknya. Mungkin ia seakan melihat sesuatu yang paling menjijikkan ketika menatap anaknya.

Makian demi makian terlontar dari mulutnya memarahi Maulana. Anak yang masih bayi, tentu hanya bisa menangis jika mendapat perlakukan kasar meskipun itu dari orangtuanya. Benar adanya, setan yang menghasut Ef semakin membuat ia naik pitam.

Keahlian bela diri yang ia miliki, malah dipraktekkan terhadap anaknya. Dengan mengambil ancang-ancang mundur empat langkah ke belakang, ia menendang bagian perut Maulana. Seperti tengah berhadapan dengan lawannya, tendangan menggunakan tumitnya ia layangkan dan berpusat di perut, membuat Maulana terpental ke dinding kamar.

Tidak hanya sampai disana, tubuh kecil Maulana disambut oleh kayu yang menempel di dinding kamar, sehingga punggungnya langsung memar. Bocah ini langsung jauh dalam posisi duduk, dengan bersandar ke dinding, dan kemudian rebah ke lantai.

Melihat anaknya terbaring, seakan ada perasaan lega pada diri Ef. Ia tidak mendegar tangisan yang membuat bising dan memekakkan telinganya. Bahkan ia mengira kalau Maulana hanya tertidur.

"Saya juga bingung, kenapa saya begitu emosi saat itu. Saya menendang bagian perutnya dan terlempar ke dinding. Kemudian ia jauh dalam keadaan duduk dan setelah itu terbaring. Saya kira ia tidur," ujar Ef saat dijumpai BATAMTODAY.COM, di Mapolsek Lubukbaja, Minggu (14/2/2016).

Namun, tangisan yang ia dengar dari Maulana ternyata adalah tangisan untuk terakhir kalinya. Selang satu jam kemudian, ia mengecek anaknya di dalam kamar karena tak kunjung bangun. Telinganya didekatkan pada dada Maulana untuk mendengar detak jantung. Benar adanya, Maulana tertidur untuk selamanya.

Hasil otopsi yang dilakukan polisi, Maulana mengalami pendarahan di ginjal dan ususnya memar. Pada tubuh bagian luar juga mengalami luka lebam, yakni di perut dan punggung.

Sayangnya, rasa penyesalan belum mendatangi pria asal Medan ini. Ia malah memikirkan skenario apa yang akan dilakukan untuk menutupi perbuatannya, sehingga istrinya percaya.

Tubuh kecil Maulana, kemudian diangkat dan disembunyikan dibalik koper besar berwarna hitam di luar kamar. Agar tidak ketahuan, ia menutupi tubuh anaknya dengan kain.

Sekitar pukul 13.00 WIB, ia keluar rumah untuk menjemput istrinya yang pergi memulung. Bukannya jujur, ia malah mengatakan kalau Maulana tengah tidur dirumah ketika istri bertanya dalam perjalan pulang. Kebohongan demi kebohongan ia lakukan demi menutupi perbuatannya.

Setiba di rumah ia malah berpura-pura panik karena tidak mendapati Maulana ada di rumah. Ia berusaha meyakini istrinya kalau Maulana berada di rumah saat ia tinggalkan. 

"Saya berusaha membuat skenario kalau Maulana hilang. Istri saya tidak tahu sama sekali," akunya.

Kepanikan dirumah itu semakin menjadi karena Maulana tak kunjung muncul. Sekitar pukul 15.00 WIB, Ef pergi menemani istrinya membuat laporan kehilangan anak ke Pos Polisi kawasan Windsor. Sandiwara pencarian pun dimulai.

Awalnya sandiwara yang dilakukannya berjalan mulus, hingga akhirnya waktu untuk klimaks cerita yang ia rencanakan berubah. Sekitar pukul 04.00 WIB, Sabtu (13/2/2016), ia keluar rumah untuk melanjutkan drama. 

Rencananya, mayat Maulana akan dibawa ke depan mesjid yang ada di dekat rumahnya. Dengan tujuan, agar warga menemukan jasadnya, sehingga diduga Maulana mati karena kedinginan.

Namun langkahnya terhenti di tengah jalan. Niatnya diurungkan, karena melihat ada tiga orang warga berada di depan mesjid. Ia kembali bersembunyi di dekat kolam depan rumahnya. Mayat Maulana yang yang diangkat menggunakan kain, diletakkan di dekat kolam.

Setelah lama menunggu, tiga pria itu tak kunjung pergi. Ia terpaksa berfikir keras mencari akal lain. Ketika mau mengangkat mayat Maulana, dan kain yang membungkus bocah itu ditarik, mayat Maulana malah jatuh ke dalam kolam, dan terbenam. 

Hari yang semakin terang, dan warga mulai keluar rumah untuk pergi ke pasar, membuat ia semakin panik. Akhirnya, ia meninggalkan lokasi dan masuk ke dalam rumah.

"Saya bingung harus berbuat apa. Setelah masuk rumah, tiga warga yang ada di depan mesjid, mendatangi rumah saya dan mengetok pintu, untuk menanyakan apakah Maulana sudah ditemukan. Saya pura-pura bangun tidur dan menjawab belum sama sekali, dan kembali ke dalam rumah," jelasnya.

Barulan sekitar pukul 05.30 WIB, tetangganya bernama Susi menemukan mayat Maulana mengaoung di kolam dalam posisi telungkup, dan diberitahukan pada Ef

"Saya pura-pura kaget dan sedih. Mayatnya langsung saya angkat dan dibawa ke rumah. Niat saya, secepatnya mayat itu dimakamkan, agar tidak ketahuan," tambahnya.

Namun, polisi dalam hal ini tidak bodoh. Begitu melihat mayat Maulana penuh luka lebam, polisi berniat membawa ke rumah sakit untuk di otopsi mengetahui penyebabnya. 
Ketakutan mulai menggerayangi Ef. Ia menolak polisi membawa tubuh anaknya, sehingga kecurigaan polisi muncul.

Setelah itu, Ef juga dibawa ke Polsek Lubukbaja untuk dimintai keterangan. Benar, ia seakan merasa tidak bersalah. Ia tidak mau mengakui perbuatannya. Tapi dengan bukti-bukto dan trik yang dilakukan polisi, Ef akhirnya mengaku kalau ia telah membunuh anaknya.

Kini, ia harus menjalani kerasnya kehidupan di balik jeruji besi. Pasal berlapis yang akan menjeratnya sudah menanti. Dengan umurnya yang sudah 36 tahun, kemungkinan ia bisa melihat dunia luar lagi setelah berusia 60 tahunan, jika Tuhan masih memberikan umur panjang.

Editor : Surya