Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Belum Ada Kepastian Pembayaran Gaji

Karyawan Subkontraktor Pertamina Tanjunguban Lanjutkan Pemogokan Kerja
Oleh : Harjo
Jum'at | 12-02-2016 | 14:57 WIB
mogok-kerja-subkon-pertamin.jpg Honda-Batam
Belasan pekerja PT Sakti, subkontraktor di Pertamina Tanjunguban memilih tidak bekerja dan nongkrong di parkiran menunggu gaji mereka dibayarkan oleh perusahaan. (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Belasan karyawan subkontraktor Pertamina, PT Sahabat Konstruksi Indonesia (Sakti) masih melanjutkan pemogokan kerja lantaran belum ada kejelasan pembayaran gaji mereka.

Wan Dirhamsyah, salah satu pekerja PT Sakti mengungkapkan pihak perusahaan tidak memberikan alasan mengenai keterlambatan pembayaran gaji kepada dirinya, maupun rekannya yang lain.

"Biasanya Biasanya gajian setiap tanggal 5 atau paling lambat tanggal 10. Tetapi kali ini, justru sudah sangat terlambat," kata dia, Jumat (12/2/2016).

Aksi mogok kerja ini mereka lakukan karena tidak ada pilihan lain. Dia berharap langkah yang mereka lakukan bisa mendapat perhatian manajemen, mengingat keterlambatan pembayaran gaji ini berdampak serius bagi ekonomi keluarganya.


"Kita merasa malu dengan para tetangga serta warung tempat dimana tempat berhutang. Pemilik warung pun, sudah mulai memasang muka sinis, karena hutang belum juga diselesaikan. Kami tidak memaksa manajemen, tetapi setidaknya ada perhatian dan kepastian," harapnya.

Proyek yang dikerjakan oleh Dirhamsyah dan kawan-kawan ini memang bukan pekerjaan sembarangan. Perusahaan mereka menggarap megaproyek yang dibangun oleh PT Pertamina (Persero) yakni proyek Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Sambu dan Tanjunguban dengan kapasitas total 500 ribu kilo liter (KL). 

Dikutip dari Liputan6.com, investasi yang disiapkan oleh Pertamina hingga proyek tersebut tuntas mencapai US$ 94 juta untuk Terminal BBM Sambu dan US$ 62 juta untuk  Terminal BBM Tanjunguban.  Ironis memang, karena nilai proyek yang mencapai triliunan rupiah, jika dikurskan, namun gaji pekerja masih terhambat.

Sementara itu, Andi Masdar Paranrengi tokoh masyarakat Bintan, sangat menyayangkan dengan hal yang dialami oleh para buruh yang bekerja di dalam proyek pembangunan Pertamina Tanjunguban. Mengingat apa yang terjadi, justru bukan untuk pertamakalinya terjadi, terutama masalah terlambatnya pembayaran upah buruh.

"Tidak seharusnya manajemen Pertamina dengan anggaran proyek yang besar, justru mengabaikan hak para pekerjanya. Karena para buruh hanya berharap agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dengan terlambat menerima gaji, risiko yang harus diterima ekonomi keluarga terganggu," ujarnya. 

Selain itu, Masdar juga sangat menyayangkan keberadaan Pertamina Tanjunguban, yang terkesan membiarkan keterlambatan pembayaran gaji yang dialami para buruh tersebut. 

"Seharusnya keberadaan Pertamina, memberikan dampak yang baik terhadap roda ekonomi masyarakat yang ada di sekitarnya. Tetapi dengan kejadian ini, jelas sudah tidak mencerminkan Pertamina yang ramah lingkungan. Apalagi peduli dengan nasib masyarakat yang ada di sekitarnya, tentu jauh panggang dari api," imbuhnya.

Setelah sebelumnya manajemen PT Sakti yang coba dikonfirmasi terkait nasib karyawan tidak memberikan jawaban, kini giiaran AA Bintang JR selaku OH Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Tanjunguban, pun memilih bungkam.

Editor: Dodo