Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gerakan Buruh Singapura Belum Tentukan Figur Calon Presiden
Oleh : Magid
Jum'at | 05-08-2011 | 12:41 WIB
lim_swee_say_01.jpg Honda-Batam

Lim Swee Say, koordinator Gerakan Buruh Singapura. (Foto: Sameafisonboy)

SINGAPURA, batamtoday - Menyusul digelarnya pemilihan Presiden Singapura pada 27 Agustus 2011 mendatang, gerakan buruh setempat belum menentukan figur yang akan diusung. Sesuai dengan pernyataan koordinator buruh Singapura, Lim Swee Say, setiap serikat buruh dibebaskan untuk menentukan figur yang tepat sesuai dengan pilihanya.

Kebijakan tersebut tentunya sangat bertolak belakang dengan apa yang diterapkan selama ini. Gerakan buruh Singapura dikenal sebagai gerakan kanan yang pro pemerintahan. Gerakan buruh Singapura pada pemilu Presiden sebelumnya juga berhasil mendudukan SR Nathan sebagai kepala negara di Negeri Singa itu.

Seperti dikutip batamtoday dari Todayonline Singapura, Jum'at, 05 Agustus 2011, Lim Swee Say mengatakan, alasan mengapa pihaknya tidak memberikan dukungan formal adalah karena ingin para pemimpin serikat dapat melihat sendiri, menilai sendiri, dan menyimpulkan sendiri apa yang baik bagi gerakan buruh, dan baik untuk para pekerja di serikat masing-masing.

"Jika ada serikat buruh yang merasa bahwa Calon A lebih baik dari Calon B, sebagai gerakan buruh, kita tidak akan memberikan intervensi pada mereka dan melarang serikat untuk mendukung calon yang berbeda,"kata Lim Swee Say, aktivis buruh kelahiran Lín Ruisheng, 13 Juli 1954.

Pada hari Rabu (03 Agustus 2011) lalu, gerakan buruh mengadakan dialog tertutup dengan mantan Wakil Perdana Menteri Tony Tan, yang merupakan calon presiden. Meski demikian, Lim menolak jika pertemuan tersebut dianggap sebagai bentuk dukungan. Gerakan buruh yang tergabung dalam NTUC dapat mengundang calon presiden lainnya jika ada permintaan untuk berdialog dengan mereka, dan anggota komite sentral juga akan terus berbagi penilaian dari berbagai calon dengan para pemimpin serikat.

Lim mencatat bahwa NTUC memiliki "kepentingan yang luar biasa"  dalam Pemilihan Presiden tahun ini.  Apalagi diperkirakan tantangan dunia masa depan akan menjadi jauh lebih berat karena kompetisi eksternal yang kaku dan masalah dalam negeri yang tak menentu, seperti kesenjangan pendapatan melebar dan populasi yang menua.

"Presiden Terpilih berikutnya harus mampu memberi kita harapan terbaik untuk terus sukses di dunia baru", kata Lim.