Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Masih Verifikasi Kasus Rusuh di Aceh Singkil
Oleh : Redaksi
Rabu | 14-10-2015 | 08:44 WIB
151013131510_singkil_aceh_512x288_tribunnews.com.jpg Honda-Batam
Massa yang bergerak melakukan perusakan rumah ibadah di Aceh Singkil. (Foto: Dok BBC)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden "pembakaran sebuah bangunan gereja" di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh.

Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan mengatakan dirinya telah menerima laporan dari pejabat keamanan di Aceh tentang insiden tersebut, tetapi dia harus mengecek ulang kebenarannya.

"Saya enggak mau komentar dulu, perlu verifikasi dulu," kata Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan, menjawab pertanyaan wartawan BBC Indonesia, Rafki Hidayat di komplek Istana merdeka, Jakarta, Selasa (13/10) petang.

"Saya mau tahu dulu bagaimana adanya kejadian di Singkil," tambahnya.

Namun demikian, lanjutnya, aparat keamanan di Aceh telah melakukan upaya-upaya pengamanan di wilayah Singkil. "Mereka sudah melakukan persiapan-persiapan untuk itu semua," tandas Luhut.

Secara terpisah, Wakil Presiden Jusf Kalla mengatakan insiden di Singkil Aceh terjadi karena "ada kesalahpahaman".

"Jadi mudah-mudahan bisa diselesaikan oleh pejabat di situ," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Jakarta, Selasa (13/10).

Kalla berharap permasalahan di Singkil "bisa diselesaikan dengan jalan yang baik dan adil, sesuai aturan yang ada".

Sebelumnya, sejumlah laporan menyebutkan dua bangunan gereja di Desa Sukamakmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh dibakar oleh sekelompok orang, sekitar puul 11.30 WIB, Selasa (13/10).

Dalam jumpa pers pada Selasa (13/10) sore di Jakarta, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, PGI, menyatakan, ada dua gereja yang dibakar oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan agama.

"Setidaknya ada dua gereja yang dibakar massa," kata Kepala Humas PGI, Jerry Sumampouw kepada wartawan, yang juga dihadiri wartawan BBC Indonesia, Pijar Anugerah.

Kedua gereja itu, yaitu gereja HKI dan satu gereja Katolik yang belum diketahui namanya, terletak di Desa Sukamakmur, Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil.
Menurut Jerry, pembakaran gereja itu diawali tuntutan sekelompok orang yang menamakan diri Pemuda Peduli Islam (PPI) Aceh Singkil.

Mereka, lanjutnya, menuntut agar pemerintah Aceh Singkil membongkar semua gereja yang tidak berizin di wilayah itu.

Sejumlah laporan menyebutkan, pemerintah daerah setempat kemudian menggelar pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini pada Senin (12/10) lalu.

Dilaporkan, pertemuan itu menyepakati pembongkaran 10 gereja di Aceh Singkil dalam kurun waktu dua pekan. Dan pembongkaran akan dimulai 19 Oktober mendatang.

Tapi, "walau telah disepakati kesepakatan, tanpa disangka-sangka pagi tadi (Selasa, 13 Oktober), terjadi penyerangan ke gereja-gereja," kata Jerry.

Kepala bagian humas Setda Aceh Singkil, Khaldul Berutu, membenarkan terjadinya peristiwa pembakaran tempat ibadah itu dan menyebutnya sebagai "insiden antarwarga".
"Saya tidak bisa mengatakan ini masalah agama, tapi antarwarga," kata Khaldum Berutu kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, melalui sambungan telepon, Selasa (13/10) sore.

Khaldum membenarkan insiden ini mengakibatkan satu orang tewas, tetapi belum diketahui identitasnya. "Memang ada satu orang meninggal."

Dia tidak bersedia menjelaskan latar belakang insiden di Singkil karena pihaknya sedang menurunkan tim ke lokasi kejadian."Karena banyak laporan simpang siur. Untuk memastikannya, kami akan ke lapangan," katanya.

Dia memastikan aparat kepolisian dengan dibantu TNI telah berada di lokasi untuk mengamankan situasi.
"Kami meminta semua pihak menahan diri, jangan bertindak main hakim sendiri," ujar Khaldum.

Sementara, Pendeta Gereja Protestan Pakpak Dairi di Kabupaten Aceh Singkil, Erde Berutu, mengatakan pembakaran gereja diawali bentrokan antara jemaat gereja yang "hendak mempertahankan gereja" dari serangan sekelompok orang.

Dari keterangan saksi di lapangan, menurut Erde, jumlah kelompok penyerang "jauh lebih besar" dari jemaat gereja.
"Mereka akhirnya lolos (membakar gereja), walaupun sudah ada pasukan polisi dan TNI," kata pendeta Erde saat dihubungi BBC Indonesia melalui sambungan telepon. Dia mengaku telah meninggalkan Aceh Singkil "demi keamanan".

Menurut Erde Berutu, satu orang yang meninggal dalam insiden itu "dari pihak yang penyerang". Adapun korban luka-luka juga dialami aparat TNI, kelompok penyerang dan jemaat gereja.

Sampai pukul 19.30 WIB, BBC Indonesia belum bisa menghubungi pimpinan kepolisian Aceh terkait jati diri korban yang meninggal dunia akibat insiden ini.

Dalam siaran persnya, Persatuan Gereja Indonesia memprihatinkan dan mengutuk keras pembakaran gereja yang dilakukan sekelompok orang yang mereka sebut sebagai "intoleran".

"Karena tindakan itu telah menimbulkan rasa tidak aman bagi warga di Aceh Singkil," kata humas PGI Jerry Sumampouw.

"Sudah ada eksodus umat Kristen maupun Islam di sana untuk pergi mencari tempat yang lebih aman," tambahnya. (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani