Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Elemen Mahasiswa di Batam Tolak Kenaikan Tarif Air

BP Batam Lebih Pro Pengusaha Ketimbang Rakyat
Oleh : Ali/Dodo
Selasa | 12-07-2011 | 12:26 WIB
ATB.gif Honda-Batam

Para mahasiswa membakar ban di depan kantor BP Batam sebagai tanda penolakan terhadap kenaikan tarif air di Batam. (Foto: Ali)

BATAM, batamtoday - Ratusan mahasiswa dari berbagai elemen di Batam menggelar aksi unjuk rasa menolak kenaikan tarif air bersih sebesar 6,5 persen oleh PT Adhya Tirta Batam di depan Kantor Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Selasa, 12 Juli 2011.

Para mahasiswa yang tergabung dari Universitas Riau Kepulauan, Universitas Ibnu Sinna, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan beberapa elemen lain mulai berkumpul di depan gedung megah yang dulu bernama Otorita Batam itu sejak sekitar pukul 9.30 WIB.

"Kami menolak kenaikan tarif air sepihak oleh ATB yang hanya disetujui oleh BP Batam tanpa melibatkan Pemko Batam maupun DPRD Kota Batam dalam pembahasannya," kata Irfan, salah satu orator dalam aksi tersebut.

Irfan mengatakan kenaikan tarif air sebesar 6,5 persen itu sangat tidak masuk akal dan memberatkan beban masyarakat di tengah situasi ekonomi yang masih tidak menentu. Kenaikan tarif yang hanya disetujui oleh BP Batam itu menunjukkan sebuah keangkuhan kekuasaan tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat luas.

Kalangan mahasiswa menilai lebih baik BP Batam dibubarkan saja karena tidak memihak kepentingan masyarakat melainkan justru melindungi kepentingan kaum pengusaha yang seenaknya menaikkan tarif air.

"Lebih baik BP Batam dibubarkan saja karena pro terhadap pengusaha, bukannya ke masyarakat," ujar seorang mahasiswa dengan ketus.

Dalam aksi tersebut, mahasiswa juga sempat membakar ban di depan kantor yang dijaga ketat oleh puluhan aparat, baik polisi maupun Direktorat Pengamanan (Ditpam) BP Batam.

Selain itu, aksi dorong juga sempat terjadi saat mahasiswa memaksa masuk ke halaman kantor BP Batam namun dihalangi oleh petugas. Mahasiswa menuntut agar Ketua BP Batam, Mustofa Widjaja untuk turun menemui mereka. Namun justru Mustofa yang akhirnya meminta agar perwakilan mahasiswa menuju lantai V kantor BP Batam yang akhirnya tetap ditolak oleh mahasiswa.

Kenaikan tarif yang dilakukan oleh ATB kali ini memang memunculkan banyak kecaman. Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan beberapa waktu lalu menyatakan dirinya secara tegas menolak kenaikan itu.

Sementara itu, Uba Ingan Sigalingging, ketua LSM Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak) Kota Batam menilai kenaikan tarif itu sebuah ketidakwajaran mengingat tarif air yang diterapkan oleh ATB saat ini lebih tinggi dua kali lipat dibanding daerah lain di Indonesia.

Uba mengatakan tarif air di Batam saat ini hanya terpaut sedikit dengan Singapura yang notabene merupakan negara yang pendapatan per kapita masyarakatnya beberapa tingkat di atas masyarakat Batam.

"ATB hanya mau mengeruk untung saja dan kongkalikong dengan para petinggi BP Batam untuk menindas masyarakat," ujar Uba ketus.