Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Krisis BBM Makin Parah, Nelayan Lingga Tak Bisa Melaut
Oleh : Ardi/Widodo
Sabtu | 09-07-2011 | 14:10 WIB

LINGGA, batamtoday - Krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Lingga semakin parah dan sudah memberikan dampak signifikan terhadap masyarakat, terutama kalangan nelayan yang sangat bergantung dengan BBM untuk menjalankan perahu motor mereka.

“Kalau kondisi ini berlangsung lama, warga kami akan sulit memenuhi kebutuhan sehari-harinya, makanpun bisa susah,” kata Hairiansyah, Kepala Desa Berindat kepada batamtoday, Sabtu 9 Juli 2011.

Hairiansyah mengatakan banyak warganya tak dapat turun ke kelong (rumah tangkapan ikan) ataupun melaut karena tidak adanya BBM untuk mendukung jalannya mesin kapal. Biasanya, dalam kondisi solar tersedia, nelayan bisa mendapatkannya dengan harga Rp5500 per liter untuk solar subsidi, sedangkan solar untuk industri dijual seharga Rp8.600 per liter.

Akibatnya, lanjut Hairiansyah, banyak kalangan nelayan di desanya yang terpaksa menganggur lantaran tidak memiliki keahlian lain, selain mencari ikan.

Sementara itu, Zulkfli salah seorang nelayan Lingga mengungkapkan sudah hampir empat hari terakhir dirinya tidak melaut lantaran tak adanya solar.

"Solar seperti buronan sekarang, dicari di tukang minyak tak ada apalagi SPBU," ujar Zulkifli ketus.

Kondisi langkanya BBM di Lingga ditengarai akibat penyelewengan dan juga lemahnya pengawasan dalam proses distribusi ke masyarakat. Selain itu, diduga pasokan solar ini banyak lari ke sektor industri tambang yang banyak beroperasi di Lingga.

"Kita akui kalau kelangkaan solar ini disebabkan lemahnya pengawasan dalam proses distribusi ke masyarakat," kata Syaiful, Kabid Perdagangan Kabupaten Lingga yang dihubungi batamtoday.

Menurut Syaiful, dalam menyikapi krisis BBM di Lingga, pihak Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lingga segera mengambil langkah strategis dengan melakukan survey pasar, pengumpulan data informasi dan rekonsiliasi dari berbagai pihak.
 
"Kami telah berkoordinasi dengan pihak kecamatan, untuk meminta penjelasan dari kelurahan dan desa - desa, sebagai langkah awal dari pembuatan surat pengantar rekomendasi, menghimpun data dan permasalahan di lapangan terkaitnya kelangkaan BBM serta penyalurannya," terangnya.

Syaiful berjanji akan segera berkoordinasi dengan aparat dan beberapa instansi agar memperketat pengawasan dan jika perlu mengawal pendistribusian BBM bagi masyarakat.