Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Fenomena 'Dual Job' Perempuan di Batam

Terpaksa Melacur Demi Kebutuhan Hidup
Oleh : Gokli/Dodo
Kamis | 07-07-2011 | 13:34 WIB

BATAM, batamtoday - Suasana siang yang panas di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Batuaji, Batam tak menyurutkan langkah pengunjung untuk berbelanja maupun sekedar 'ngadem'. Terlebih, saat bulan masih berumur muda, semakin membuat sifat konsumeris masyarakat berada di level tertinggi untuk menguras isi koceknya.

Saat batamtoday mengunjungi pusat perbelanjaan itu tampak hampir semua tenant dijubeli oleh pembeli. Situasi crowded itu, membuat batamtoday singgah sejenak di sebuah konter kuliner dan memesan segelas minuman.

Baru beberapa teguk minuman dingin membasahi tenggorokan, tiba-tiba datanglah seorang perempuan muda cantik berkulit putih berumur sekitar 22 tahun dengan pakaian agak ketat yang menempel di tubuhnya.

"Halo, apa kabar. Sendirian saja ya," kata perempuan, sebut saja Bunga, kepada batamtoday dengan raut muka menggoda, Kamis, 7 Juli 2011.

Dalam perkenalan itu, Bunga mengaku tinggal di Sagulung dan bekerja sebagai operator pabrik yang beroperasi di sebuah kawasan industri dengan gaji bersih sekitar Rp1,9 juta per bulan. Tak segan, Bunga yang memiliki tubuh agak semampai ini meminta batamtoday untuk membelikan dirinya segelas minuman.

Sekitar 15 menit larut dalam sebuah perbincangan seputar aktivitas dan pekerjaan, Bunga mulai mengalihkan pembicaraan ke arah sifatnya pribadi. Bahkan perempuan berlesung pipi ini menawarkan layanan seks singkat dengan imbalan sejumlah uang.

"Lho, bukannya gajimu dari pabrik cukup lumayan," ujar batamtoday.

Bunga mengatakan gaji yang didapatnya dari bekerja di pabrik hanya cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Sementara, keluarganya di daerah asal seolah 'mewajibkan' dirinya memberikan kontribusi bulanan untuk meringankan beban ekonomi keluarga.

Dirinya harus menanggung biaya sekolah keempat adiknya mengingat orang tuanya sudah tak mampu lagi membiayai.

"Bapak saya sudah tak kerja sejak setahun lalu karena di-PHK, sedangkan ibu saya hanya menjadi tukang cuci," kata Bunga.

Kondisi ekonomi keluarga yang morat-marit, akhirnya memaksa Bunga untuk melakoni dual job, selain bekerja di pabrik, juga menjajakan tubuhnya untuk sekedar mendapatkan income tambahan.

Alasan lainnya, Bunga menganggap gaji yang diterimanya dari pabrik tak cukup lantaran biaya hidup di Batam yang semakin mahal.

"Terpaksa harus cari tambahan soalnya gaji cuma sedikit, belum lagi buat dikirim ke kampung. Untuk diri sendiri saja belum cukup," ungkap Bunga sambil terus merayu.

Bunga menyebutkan selain dirinya, banyak juga perempuan di Batam ini yang melakoni dual job dengan menjajakan tubuhnya. Kebanyakan, mereka adalah perempuan pekerja malam di bar maupun diskotik. Namun ia menambahkan ada juga yang diketahui merupakan pekerja di pabrik.

Untuk pelaku dual job dari pekerja pabrik, biasanya mereka menjalankan aksinya di berbagai pusat perbelanjaan. Dengan modus nongkrong, mereka membidik para pria setengah baya asal Singapura yang suka melancong ke Batam. Tetapi, terkadang mereka juga menjadikan para lelaki lokal sebagai sasarannya.

"Kalau sama pria Singapura, biasanya kita ke hotel berbintang. Tapi kalau sama lelaki lokal, kita di hotel biasapun tak apa. Asalkan layak," ujar Bunga tanpa menyebut berapa uang yang diterima sekali melakoni layanan seks ini.

Saat ditanya soal dosa, dengan wajah menerawang Bunga mengatakan hal itu merupakan urusan Tuhan. Namun dia berkomitmen, suatu saat nanti akan mengakhiri aktivitasnya ini.

"Saya tahu ini dosa, tapi daripada saya mencuri untuk memenuhi kebutuhan, akhirnya harus berakhir di penjara dan keluarga saya di kampung tak ada lagi yang mengirimi mereka uang," tukasnya.

Setelah melewati perbincangan panjang, Bunga akhirnya menyerah karena tak sanggup lagi merayu. Perempuan itu akhirnya pamit dengan memberikan senyum manis kepada batamtoday sesaat sebelum ditelan kerumunan orang di pusat perbelanjaan.

Himpitan ekonomi kerap menjadi alasan pembenaran bagi segelintir orang untuk menekuni profesi yang dianggap melanggar norma. Namun sebetulnya jika manusia dibentengi dengan keyakinan agama yang kuat dan kekayaan ilmu pengetahuan, masih ada seribu jalan untuk mendapatkan rezeki secara lebih layak ketimbang harus menjual badan.