Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

MAKI Uber Nazaruddin ke Singapura

Polisi Singapura Kooperatif, KBRI 'Memble'
Oleh : Dodo
Minggu | 19-06-2011 | 16:51 WIB
MAKI.gif Honda-Batam

Aktivis Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) dan Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak) Kota Batam saat menggelar aksi di Bandara Hang Nadim, Minggu (19 Juni 2011). (Foto: Gebrak)

Batam, batamtoday - Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) merasa geram dengan sikap 'letoy' Pemerintah Indonesia yang tidak segera memulangkan Nazaruddin, politisi Partai Demokrat yang disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet Sea Games di Palembang, yang kini tengah bersembunyi di Singapura.

Kegeraman MAKI ditunjukkan dengan cara menguber keberadaan Nazaruddin di Singapura dari Selasa hingga Minggu, 14 hingga 19 Juni 2011. Namun usaha pencarian yang dilakukan oleh MAKI ini justru mendapat perlakuan 'memble' alias tidak kooperatif dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura.

"Sebetulnya kami ingin bekerja sama dengan KBRI dan Polisi Singapura untuk memulangkan Nazaruddin ke Indonesia. Namun KBRI tidak mau dan berkilah institusi itu hanya mengemban misi diplomatik," kata Sarman, koordinator MAKI kepada batamtoday di Bandara Hang Nadim Batam, Minggu sore.

Sarman mengatakan selama berada di Singapura bersama dengan keempat rekannya yakni Adnan Balfas, Dendi Satrio, Egi Sabri dan Toni Ardiansyah sempat membuka Posko MAKI di depan KBRI yang ada di kawasan Tanglin Singapura.

Namun posko tersebut akhirnya dibubarkan oleh Polisi Singapura dan KBRI tidak memberikan izin atas posko itu. Aktivis MAKI memindahkan aktivitasnya Ngee Ann City di kawasan Orchard dan sempat menggelar orasi di tempat tersebut.

"Orasi itu dibubarkan lagi oleh Polisi Singapura dan mereka kemudian menahan paspor kami dan hanya diberi semacam surat tilang," kata Sarman.

Sarman beserta rekan-rekannya kepada Polisi Singapura beralasan keberadaan mereka hanya ingin mencari kepastian posisi Nazaruddin di negara tersebut. Namun otoritas keamanan Singapura itu memberikan alasan jika MAKI ingin mencari Nazaruddin maka harus mengantongi surat izin dari KBRI.

"Polisi tidak percaya soal Nazaruddin ada di Singapura," kata Sarman.

Akhirnya Sarman memberikan argumentasi jika Nazaruddin merupakan orang yang paling dicari di Indonesia karena terkait kasus korupsi.

"Ok, kalau memang seperti itu, butuh waktu satu menit untuk tangkap orang yang Anda cari karena seluruh aktivitas orang asing di Singapura terpantau kami," kata Sarman menirukan ucapan Polisi Singapura.

Polisi Singapura akhirnya bersikap kooperatif. Bahkan, lanjut Sarman, mereka memberikan jaminan agar para aktivis MAKI tidak ditahan oleh Jaksa Singapura.

"Polisi Singapura mendukung isu kita bahwa korupsi merupakan musuh dunia yang harus diberantas," ujar Sarman.

Melihat sikap kooperatif aparat keamanan Singapura, Sarman sangat menyesalkan sikap KBRI yang terkesan cuci tangan, bahkan tidak memberikan fasilitas apapun ke aktivis MAKI.

Sore ini, para aktivis MAKI akan terbang menuju Jakarta melalui Batam dan akan melaporkan kegiatan mereka ke DPR dan Menteri Luar Negeri.

"Jika tidak ada langkah konkret dari Pemerintah, maka kita geruduk Singapura lagi sampai Nazaruddin ketangkap tangan. Ini pelajaran berharga bagi penguasa agar slogan perangi korupsi bukan hanya sekedar omongan belaka," ancam Sarman.