Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rumah Dibakar Preman, Pasutri dari Pantai Melur Ini Mengadu ke DPRD Batam
Oleh : Gabriel P Sara
Senin | 01-09-2014 | 14:55 WIB
IMG00945-20140901-1228.jpg Honda-Batam
Soni dan Sri membentangkan spanduk di gedung DPRD Kota Batam untuk mengadukan nasib mereka dan warga Pantai Melur, Kecamatan Galang, atas intimidasi yang mereka terima. (Foto: Gabriel P Sara/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Soni (30) dan Sri (28), warga Pantai Melur, Kecamatan Galang, Batam, mendatangi kantor DPRD Batam, Senin (1/9/2014) paga tadi. Kedatangan pasangan suami istri itu untuk mengadukan nasibnya atas peristiwa pembakaran rumah mereka oleh sekelompok preman pada Minggu (31/8/2014) dinihari sekitar pukul 02.00 WIB.

Soni menuturkan, saat rumahnya dibakar, dia bersama istrinya menginap di rumah temannya, tak jauh dari rumah milik mereka. dia mengaku tahu rumahnya dibakar karena ada tetangga yang berteriak dan minta tolong. Sony bersama istrinya yang sedang sakit itu pun pun langsung bergegas mendatangi rumahnya dan berusaha memadamkan api tersebut.

Soni yang datang bersama istri dan tiga anaknya itu menuturkan, rumah mereka dibakar oleh preman suruhan orang yang biasa disapa Asen,  yang mengklaim lahan di Pantai Melur tersebut. Menurutnya, sudah banyak rumah milik warga yang sengaja dibakar karena tidak mau digusur dengan alasan dan rekomendasi dari pemerintah tidak ada.

"Sudah banyak rumah warga Pantai Melur yang dibakar karena tidak mau digusur. Ada juga yang takut karena diancam. Jadi, berapa saja dibayar (ganti rugi), ya terima. Tapi saya tak mau terima dan tak mau digusur tanpa ada alasan yang jelas," katanya.

Soni menegaskan, warga Pantai Melur tidak terima atas tindakan intimidasi tersebut. Soni juga mengaku sudah 20 tahun tinggal di situ. "Kalau memang ada rekomendasi yang jelas dari pemerintah, saya dan warga bersedia pergi dari situ. Silakan digusur tanpa ganti rugi sepeser pun," terangnya.

Tapi kalau tidak ada bukti dan rekomendasi yang jelas dari perintah, sampai kapan pun, katanya, dia dan warga akan bertahan. "Kami nggak akan mau pindah, apalagi digusur tanpa ada bukti dan rekomendasi yang jelas dari pemerintah. Sampai mati pun kami tetap tinggal di sana," tegas Soni. (*)

Editor: Roelan