Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lahan Sudah Ada Sejak 5 Tahun Lalu

Mahasiswa Natuna di Jogyakarta Tuntut Pembangunan Asrama
Oleh : Riky Rinovsky/TN
Senin | 06-06-2011 | 08:39 WIB
lahan-mahasiwa.gif Honda-Batam

tTERLANTAR- Lahan seluas 4.400 M2 di jalan Iptu Tut Harsono, Jogyakarta, yang diperuntukan bagi pembangunan asrama pelajar dan mahasiswa Natuna di Jogyakarta, tampak terlantar. Lahan sudah dibebaskan sejak 5 tahun lalu. (Foto: Dok. IPMKRKN-Y).

Batam, batamtoday - Pelajar dan Mahasiswa Natuna di Jogjakarta menuntut Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Natuna untuk segera membangun sebuah asrama permanen buat mereka di atas lahan
seluas 4.400 M2 yang telah dibeli Pemkab Natuna sejak lima tahun lalu. Lahan tersebut  terletak di jalan Ipda Tut Harsono, Jogjakarta, dan hingga kini kondisi lahan dibiarkan terlantar.

Berdirinya sebuah asrama permanen bagi para pelajar dan mahasiswa Natuna di Jogjakarta sangat urgen, bukan saja untuk meringankan biaya kos dan beban hidup sehari-hari para mahasiswa, tetapi juga berperan vital untuk menyatukan semua pelajar dan mahasiswa Natuna  yang sedang menuntut ilmu di kota pelajar tersebut.

Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau Kabupaten Natuna di Jogyakarta (IPMKRKN-Y) Muttaqien kepada batamtoday kemarin malam, Minggu 5 Juni 2011, per telepon dari Jogyakarta, menyatakan tuntutan pembangunan asrama di jalan Ipada Tut Harsono harus segera dilaksanakan Pemkab Natuna, dan sekaligus mempertanyakan mengapa rencana pembangunan  asrama tersebut terbengkalai selama lima tahun ini.

"Lahan sudah dibebaskan Pemkab sejak lima tahun lalu, dan selama lima tahun pula kami para
pelajar dan mahasiswa hanya dijanjikan, tetapi nyatanya , hingga saat ini janji itu tidak penah terealisir. Ada apa sebenarnya, mengapa rencana pembangunan asrama tersebut terbengkalai sampai lima tahun," kata Muttaqien.

Pada akhir tahun 2007 lalu, kata dia, mantan anggota DPRD Natuna, Abdul Haris  (kini Wakil Bupati Babupaten Anamabas) dan juga mantan kepala Dinas Pendidikan Natuna, Hamid Atan (kini terpidana kasus korupsi), pernah berkunjung ke Jogjakarta dan bertemu dengan para pelajar dan mahasiswa Natuna di Jogjkarta.

Pada kesempatan tersebut, keduanya berjanji akan segera merealisir pembangunan asrama bagi para pelajar dan mahasiswa Natuna.

"Namun sampai saat ini, janji tinggal janji dan lahan tersebut hanya jadi tanah kosong yang tidak terurus," keluh Muttaqien. Mahasiswa semester akhir Universitas Janabadra ini menuturkan, lahan kosong tersebut saat ini ditumbuhi semak belukar, menjadi tempat pembuangan sampah, dan malam kerap dijadikan tempat nongkrong para anak muda.

Harapan para pelajar dan mahasiswa Natuna di Yogyakarta cuma Satu, tegas Muttaqien, agar asrama permanen buat pelajar dan mahasiswa Natuna di Jogjakarta dapat segera dibangun secepatnya. Sebab, asrama itu akan berfungsi sebagai wadah berkumpul semua pelajar dan mahasiswa  Natuna yang sedang menuntut ilmu di Jogyakarta.

Mengenai jumlah pelajar dan mahasiswa Natuna di Jogyakarta, Muttaqien mengatakan sampai saat ini yang tercatat baru 158 orang, dan jumlah itu didominasi mahasiswa, pelajar terhitung sedikit. Namun demikian Muttaqien yakin, jumlah pelajar dn mahasiswa Natuna di Jogyakarta lebih dari angka itu, karena belum semua terdata, katanya.

"Jika asrama tersebut sudah berdiri, para pelajar dan mahasiswa tidak lagi repot bayar kos, yang tiap bulan harganya selalu naik, sehingga para mahasiswa juga selalu berpindah-pindah kos mencari tempat kos yang lebih murah," kata Muttaqien.

Lagi pula, tambah dia, jika ada orangtua atau kerabat para mahasiswa yang datang dari Natuna berkunjung ke Jogjakarta, dapat memanfaatkan asrama untuk tempat menginap sementara, sehingga tidak perlu harus menyewa hotel, ujar Muttaqien.

"Tidak semua orangtua pelajar dan mahasiswa Natuna di Jogjakarta orang yang berkecukupan, bahkan lebih banyak yang eknominya pas-pas-an," tutur Muttaqien.

"Tetapi yang sangat prinsip adalah, keberadaan asrama itu sangat vital bagi eksistensi pelajar dan mahasiswa Natuna di tanah seberang," tegas Muttaqien.