Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sudah 8 Bulan Solar Langka di Natuna
Oleh : Riky Rinovsky/TN
Sabtu | 04-06-2011 | 11:51 WIB

Natuna, batamtoday - Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Ranai Kab Natuna, sejak sekitar 8 bulan terakhir “menguap” entah kemana?. Kondisi ini nampak dari panjangnya antrian kendaraan bermesin diesel yang terjadi pada setiap harinya, di SPBU jalan Datuk Kaya Wan Moh Benteng Ranai.

Menurut keterangan Kepala Depot Pertamina Natuna Group H Muhammadi, pertamina setempat telah menerima penambahan suplai minyak dari 5 Kilo liter (KL) menjadi 10 KL per hari untuk jenis Solar bersubsidi di SPBU setempat. Kendati demikian, tetap saja terjadi kelangkaan solar.

Padahal, kata dia, jumlah kendaraan bermotor angkutan barang dan sejenisnya yang menggunakan solar tidak terjadi peningkatan jumlah, tetapi distribusi yang dikeluarkan SPBU tidak pernah mencukupi.

Jika sebelumnya untuk menjual BBM Solar sebanyak 5 KL menelan waktu seharian dari pukul 7.30-17.00 wib, tetapi sekrang ini tidak demikian, baru dua jam, stok sebanyak itu sudah habis, sehingga menurut Muhammadi, diindikasikan terjadi penimbunan oleh sekelompok masyarakat, yang membeli Solar di SPBU berulang kali.

Pertamina juga melaporkan terjadinya peningkatan kebutuhan Solar ini kepada pemerintah setempat, sehingga sejumlah pegawai Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) melakukan pendataan kendaraan bermotor yang keluar masuk mengisi BBM.

Selama beberapa hari dilakukan pendataan, petugas tidak menemukan pembelian mencolok, namun hal ini dicurigai karena informasi soal sidak pendataan BBM ini telah bocor atau dibocorkan oknum tertentu.

”Kita menduga, kelangkaan solar disebabkan adanya kendaraan yang melakukan pengisian bahan bakar lebih dari satu kali dalam sehari. Atau melebihi kapasitas tanki kendaraan yang hanya sekitar 100 liter lebih. Padahal, kita sudah membuat perjanjian, tidak ada kendaraan yang mengisi solar dua kali dalam sehari,” paparnya.

Adanya kendaraan yang mengisi solar dua kali dalam sehari, kata Muhamadi, merupakan hasil pantauan dan laporan yang diterimanya.

”Jadi solar yang dipasok 5 ton pun tidak akan mencukupi. Padahal 5 ton solar ini sudah merupakan kebutuhan maksimal untuk wilayah Ranai,” ungkap Muhamadi.

”Borosnya penjualan solar subsidi ini, saya duga ada permainan pihak tertentu. Yakni untuk dijual kembali ke pihak industri. Kan solar subsidi di SPBU dibeli Rp4.500, sementara solar industri Rp9.500. Tapi saya tidak memvonis, hanya menduga saja,” ujar Muhammadi.

Kepala Disrtamben Ir Basri yang dikonfirmasi terpisah kepada wartawan ini menyebutkan, dinasnya akan melakukan pendataan terhadap kegiatan pengisian BBM di dua titik yakni, SPBU Ranai dan APMS Bandarsyah, data tersebut nantinya sebagai bentuk survei lapangan, untuk mengetahui salah satu penyebab kelangkaan minyak Solar. Hasil survei akan dilaporkan kepada Bupati Natuna Drs H.Ilyas Sabli M.Si agar mendapat perhatian dan penanganan serius.

Basri juga menyebutkan bahwa ada regulasi hukum yang mengatur tentang distribusi minyak kepada konsumen yang harus dibatasi, karena tolak ukurnya jelas, jika tidak terjadi peningkatan jumlah kendaraan maka suplai pun seharusnya tetap.

Faktor utama indikasi terjadinya penimbunan minyak ini disebabkan, oleh selisih harga antara Solar jenis Industri yang mencapai Rp 11 ribu sedangkan jenis Solar bersubsidi Rp 5 ribu per liternya, sehingga
sekelompok masyarakat tersebut melirik kondisi ini sebagai potensi bisnis.