Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kapal Karam di Selat Malaka, Tiga WNI Tewas
Oleh : Redaksi
Jum'at | 25-07-2014 | 14:20 WIB
ilustrasi kapal karam.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Musibah kapal karam yang mengankut penumpang asal Indonesia kembali lagi terjadi di perairan Malaysia. Kali ini, kapal fiber yang membawa 21 orang penumpang asal Indonesia yang hendak mudik ke kampung halamannya, karam di 15 mil laut barat daya, muara Sungai Muar, dekat Selat Malaka, Kamis (24/7/2014) pagi.

Pencarian hingga Kamis malam, 13 penumpang berhasil diselamatkan dan tiga orang perempuan ditemukan sudah dalam keadaan tewas. Dikutip dari Bernama, Kepala Badan Penegakan maritim Malaysia (MMEA) Batu Pahat, Iskandar Ishak, mengatakan, penumpang yang selamat berusia antara 19 - 41 tahun terdiri daripada seorang perempuan dan 12 lelaki.

Menurutnya, jumlah itu baru diselamatkan oleh tuboat pukat yang melalui kawasan itu. Sementara ketiga jenazah telah diserahkan kepada pihak kepolisian.

Dalam kejadian pukul lima itu, bot pancung jenis fiber yang berukuran enam meter itu berangkat dari 'pelabuhan tikus' di Parit Bunga, Ledang, menuju ke Bengkalis, Indonesia untuk pulang berhari raya di kampung halaman mereka.

Iskandar berkata setibanya di tempat kejadian, bot mereka karam akibat dihantam ombak besar sehingga mereka terpaksa berenang sebelum sebagiannya berhasil diselamatkan oleh sebuah kapal dagang dalam perjalanan ke Singapura pada pukul 11.30 pagi.

Berdasarkan hasil penyelidikan, setiap penumpang membayar biaya antara RM600 hingga RM2.500.

Sementara itu, penumpang perempuan wanita yang terselamat, Asrawati Abd Majid, mengetakan, dia terkatung-katung di laut lebih dari enam jam sebelum diselamatkan oleh kapal dagang tersebut. Ibu tunggal berusia 45 tahun itu berencana ingin pulang kampung untuk berlebaran dengan tiga orang anaknya di Jambi, Indonesia.

Penumpang perempuan lain yang selamat, Mohd Norbiati, 22, mengatakan jika dirinya baru sebulan bekerja sebagai buruh binaan di Parit Sakai, Muar, dan kali pertama kali menggunakan kapal secara ilegal. Dia bersyukur bisa berpegangan pada sebuah tong sebelum diselamatkan bersama rakan-rakan yang lain oleh kapal dagang yang dalam perjalanan ke Singapura itu. (*)

Editor: Roelan