Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dua Tekong Diduga Kabur, Sisa 5 Orang TKI Ilegal D

6 Jam Terombang Ambing di Laut, Sempat Tidak Ada Harapan Hidup
Oleh : Roni Ginting
Jum'at | 03-06-2011 | 13:50 WIB

Batam, batamtoday - Dari 17 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang selamat dari kecelakaan kapal yang karam akibat ombak dan ditampung di penampungan Dinas Sosial Batam, Sekupang pada Jumat, 3 Juni 2011 hanya tinggal 5 orang lagi. Sebanyak 10 TKI sudah dijemput keluarganya dan dua orang lagi yang diduga tekong telah kabur.

Pantauan batamtoday, kondisi para TKI sudah mulai pulih. Pengakuan mereka masih agak trauma akibat terombang-ambing selama 6 jam ditengah laut sebelum diselamatkan oleh kapal yang melintas. Dipenampungan mereka hanya istirahat untuk memulihkan stamina, sedangkan bagi yang memiliki sanak saudara langsung dijemput.

Sarnubi, TKI asal Palembang yang selamat mengisahkan kalau dirinya adalah yang terakhir diselamatkan. Dia sudah delapan bulan bekerja di pabrik kayu yang membuat palet. Karena kangen dengan istri dan dua anaknya, dia memutuskan pulang kampung menumpang kapal kayu dari Johor Baru dengan biaya ongkos 500 Ringgit sampai ke Batam.

Ternyata dalam perjalanan, kapal yang ditumpangi karam terhempas ombak dari kapal tongkang yang tengah melintas. Dia menyelamatkan diri dan mengapung diatas tas serta botol kemasan air mineral ukuran 1,5 liter.

"Semua barang-barang hilang, yang tinggal cuma celana yang melakat di badan. Uang sekitar 600 ringgit yang saya pegang juga hilang entah kemana," kisah Sarnubi sebelum dijemput oleh saudaranya dari penampungan kepada batamtoday.

Sementara itu, Syaiful Bahri, TKI asal Aceh mengatakan kalau dirinya masih bingung mau kemana. Uangnya sudah tidak ada lagi, sedangkan untuk menghubungi keluarga di kampung sudah hilang nomornya.

Pria yang sudah lima bulan kerja sebagai karyawan kebun kelapa sawit di Malaysia tersebut sangat bersyukur bisa selamat. Saat di laut dia mengapung hanya menyandar pada tas dan bungkus plastik. Dia hendak pulang ke Aceh karena sudah tidak betah di perantauan dan kangen dengan keluarganya.

Selama di Malaysia, dia mendapatkan gaji sebesar 1.000 Ringgit perbulan, sebagian uang gaji dikirim ke kampung halamannya.

"Saya pikir tidak ada harapan untuk hidup lagi, barang-barang hanyut semuanya. Ini juga masih trauma, walau tak bawa duit saya ingin pulang ketemu sama keluarga," kata Syaiful.

Pengelola penampungan Dinsos, Feri menjelaskan para TKI dibawa ke penampungan pada Kamis, 2 Juni 2011 oleh 4 orang staf Konsulat Jendral Republik Indonesia yang dibawa dari Stulang Laut Johor Baru ke Pelabuhan Sekupang, Batam. Dari 17 orang, yang tinggal hanya 5 orang lagi.

Sebelumnya, Sebanyak 17 dari 22 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang selamat saat perahu tempel yang mereka tumpangi dihantam ombak dan tenggelam di perairan Tanjung Ayam, Pengerang, Malaysia pada Rabu dini hari, 1 Juni 2011, akhirnya kembali ke tanah air melalui Pelabuhan Ferry Internasional, Batam Center, sekitar pukul 15.20 WIB, Kamis 2 Juni 2011.

Keterangan yang diperoleh batamtoday menyebutkan, ke 22 TKI bersama dua  orang tekong (Nahkoda) berkewarganegaraan Indonesia bertolak dari kawasan Tanjung Pengelih (jalur ilegal-red.), Kota Tinggi Johor, pukul 04.00 waktu Malaysia dengan tujuan salah satu pelabuhan tikus di Batu Besar, Nongsa, Batam.

Namun baru 15 menit berlayar, di tengah pelayaran kapal tempel mereka dihantam ombak besar,  akhirnya kapal pecah dan karam.

Para TKI mencoba bertahan dengan menggunakan barang apa saja sebagai penopang, baik itu kayu, gabus, drum dan apa saja dari barang-barang pecahan kapal.