Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Telepsikiatri Efektif untuk Pengobatan Anak ADHD di Daerah Pedesaan
Oleh : Redaksi
Sabtu | 01-02-2014 | 08:03 WIB

BATAMTODAY.COM, Orlando - Perawatan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) di daerah terpencil dan pedesaan jauh dari harapan, tidak seperti ABK di perkotaan yang begitu mudah mendapatkan layanan. Tapi, untuk daerah terpencil dan pedesaan, terapi telepsikiatri dinilai efektif.

Berdasarkan penelitian terbaru yang dilansir Pediatric News, selama 22 minggu penelitian, anak-anak yang menerima kesehatan telemental (TMH) meningkat secara signifikan dalam kurangnya perhatian dan hiperaktif karena ADHD, perilaku yang menentang aturan (oppositional defiant disorder/ODD), kinerja sekolah, dan fungsi adaptif, berdasarkan peringkat yang diberikan oleh orang tua mereka .

Penelitian ini memang belum sepenuhnya membuktikan bahwa telemedicine dapat memainkan peran dalam menutup kesenjangan kesehatan mental. "Studi kami menunjukkan bahwa dengan teknologi modern, kita memiliki kesempatan untuk menjangkau daerah yang kurang terlayani dan menyediakan perawatan," kata Dr William P French, dari University of Washington, Seattle.

Dr French dan rekan-rekannya menggunakan studi perawatan kesehatan telemental anak ADHD (Children’s ADHD Telemental Health Treatment Study/CATTS) untuk menilai dampak kesehatan telemental pada anak-anak yang memiliki perhatian minim, hiperaktif, oposisi, kinerja sekolah, dan penurunan nilai. 

Mereka juga mengevaluasi kepatuhan telepsikaiatris dan terapis  terhadap protokol pengobatan berbasis bukti yang dilaksanakan dalam model TMH.

CATTS melingkupi 223 anak dengan ADHD berusia 5,5 - 12 tahun yang berbahasa Inggris bersama dengan orang tua mereka . Anak-anak itu direkrut dari beberapa tempat praktik perawatan primer lokal di tujuh daerah pedesaan di Washington dan Oregon antara November 2009 dan Agustus 2012.

Anak-anak secara acak ditugaskan dalam dua kelompok. Grup A atau kelompok intervensi menerima enam sesi telekonferensi selama periode 22 minggu. Proses pengobatan dan pelayanan pendidikan mereka disampaikan melalui videoconference oleh psikiater anak dan remaja. 

Sementara pelatihan perilaku orang tua mereka selama enam sesi, diberikan secara pribadi oleh seorang terapis. Para terapis lokal sudah telah dilatih dalam protokol pengobatan dan diawasi dari jarak jauh.

Sedangkan Grup B atau kelompok kontrol aktif, menerima satu sesi konferensi video dengan psikiater anak dan remaja, yang memberikan rekomendasi perawatan primer. Selama sisa masa percobaan, kelompok ini menerima standar perawatan oleh penyedia perawatan primer mereka.

Outcome utama termasuk Skala Peringkat ADHD Vanderbilt (Vanderbilt ADHD Rating Scales/VADRS) dan versi penurunan skala orang tua Columbia (Columbia Impairment Scale–Parent/CIS-P), yang keduanya diisi oleh orang tua. Sementara guru menilai gejala ADHD dan perilaku menentang dengan menggunakan VADRS .

Penilaian dilakukan pada awal, 4, 10, dan 19 minggu, dan diacak pada minggu ke-25.

Menurut para peneliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 22 minggu, anak yang menerima TMH memiliki tanggapan secara signifikan yang lebih baik daripada kelompok kontrol (Grup B). 

Sedangkan penilaian orang tua pada gejala kurangnya perhatian dan hiperaktif, perilaku menentang aturan, kinerja sekolah, dan fungsi adaptif, sama seperti penilaian guru.

Namun, tidak ada efek yang ditunjukkan dari penilaian guru pada hiperaktivitas atau perilaku menentang aturan. Dr French mengatakan, ini bisa disebabkan oleh tuntutan kontekstual sekolah terhadap rumah, atau anak-anak yang mendapatkan guru baru setelah pindah ke kelas berikutnya selama masa studi.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa telepsikiatris dan terapis berpegang pada protokol pengobatan berbasis bukti lebih dari 90 persen dari waktu penelitian. Para peneliti mengatakan bahwa TMH dapat efektif dalam pelatihan oleh terapis dengan manajemen pengobatan perilaku berbasis bukti.

Kendati demikian, hambatan masih ada untuk menimplementasikan secara luas dan adopsi telepsikiatri -dengan masalah privasi dan kurangnya penggantian terapis. Namun kemajuan teknologi membuat layanan lebih mudah tersedia, kata Dr French, yang mempresentasikan temuannya dalam sebuah poster di pertemuan Amerika Academy of Child dan Adolescent Psychiatry.

"Telemedicine sebagian besar akan berbasis internet," katanya, "dan ini membuka potensi untuk siapapun dengan akses internet dan perangkat mobile yang memiliki kamera dan kemampuan audio." (*)

Editor: Roelan