Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Awas, Konsumsi Gula Bisa Sebabkan Kehilangan Daya Ingat
Oleh : Redaksi
Rabu | 18-12-2013 | 09:55 WIB

BATAMTODA.COM, New South Wales - Peneliti melakukan eksperimen dengan memberikan makanan berlemak dan minuman dengan kandungan gula tinggi kepada tikus. Tidak sampai satu minggu, tikus menderita kehilangan daya ingat.

Hal yang mengejutkan para peneliti Australia tersebut adalah berkurangnya kemampuan kognitif sebelum tikus mengalami menambahan berat badan dari pola makan "junk food".

"Kami tidak menyangka bahwa ini bisa terjadi begitu cepat," ujar Margaret Morris dari Universitas New South Wales, salah satu anggota tim peneliti.

Ia menambahkan, "Penemuan ini mungkin memiliki impilikasi bagi manusia. Karena jenis makanan seperti itulah yang kini banyak dikonsumsi manusia. Makanan siap saji yang enak dan murah."

Tikus diberi makan kue, biskuit, dan "junk food" lainnya. Minuman yang dikonsumsi adalah cairan dengan kandungan gula 10 persen. Dan nafsu makan hewan pengerat ini lima kali lebih tinggi dibandingkan sekelompok tikus lain yang diberi makanan sehat.

Dalam kurun waktu satu minggu, peneliti menemukan peradangan pada hipokampus otak dan tikus mengalami kehilangan daya ingat. "Kami tidak bisa membuktikan sebabnya, tapi sepertinya ini akibat dari peradangan otak. Semakin parah radang pada hipokampus, semakin besar defisit kognitifnya."

Dua tahun yang lalu, di Inggris manusia yang digunakan sebagai obyek percobaan. Mereka diberi makan "junk food" selama lima hari. Hasilnya, mereka bereaksi lima kali lebih lambat dibandingkan sekelompok manusia yang makan secara sehat.

Penelitian di Australia lalu menyimpulkan, bahwa pola makan dengan kandungan lemak dan gula yang tinggi, atau hanya kandungan gula yang tinggi, dalam waktu cepat bisa meyebabkan kerusakan hipokampus otak sehingga kehilangan daya ingat, bahkan sebelum mengalami pertambahan berat badan.

Morris dari Universitas New South Wales mengatakan, penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui apakah pengobatan radang bisa memperbaiki defisit kognitif atau apakah olahraga bisa membenahi kerusakan yang terjadi.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa pola makan yang buruk secara terus menerus akan berdampak pada fungsi otak," ujar Morris. (*)

Sumber: Deutsche Welle | AFP