Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Italia Kekurangan Ahli Pembuat Pizza
Oleh : Dodo
Kamis | 02-05-2013 | 13:58 WIB

ROMA - Meski populer di seluruh dunia, orang-orang mengetahui bahwa pizza berasal dari Italia. Berbeda dengan pizza bergaya Amerika, untuk membuat pizza autentik Italia diperlukan keterampilan khusus. Ironisnya, saat ini Italia kekurangan ahli pembuat pizza.

Ilmu membuat pizza dulu diwariskan dari generasi ke generasi. Menerima ilmu tersebutpun merupakan sebuah kehormatan. Namun, kini orang Italia enggan menjadi ahli pembuat pizza atau pizzaiolo. Italiapun benar-benar mengalami kekurangan pizzaiolo.

Menurut federasi bisnis Italia FIPE, dibutuhkan setidaknya 6.000 pizzaiolo. "Meski terjadi krisis ekonomi dan pengangguran, terbukti sulit menemukan pizzaiolo," tulis asosiasi tersebut dalam sebuah laporan yang dirilis minggu ini, seperti diberitakan Daily Mail (1/5/2013).

Krisis ekonomi menyebabkan meledaknya permintaan akan makanan cepat saji yang murah. Di kota-kota besar, pizza masih menjadi makanan praktis dan terjangkau bagi pekerja kantoran saat makan siang. Pemasukan dari pizzapun mencapai 9 miliar euro (Rp 11,5 triliun) per tahun.

Meski angka penggangguran anak muda di Italia mencapai 35%, para pemuda Italia tak lagi mau menjadi pembuat pizza. Karena waktu bekerjanya panjang dan upahnya minim, pizzaiolo kini dianggap pekerjaan untuk imigran.

"Anak muda melihat hospitality sebagai pekerjaan rendahan. Bahkan ketika mereka masuk ke industri tersebut, mereka mau menjadi chef di hotel bintang lima, bukan sebagai pizzaiolo," ujar Enrico Stoppani dari Federasi Pedagang Italia.

Kini, profesi pizzaiolo mulai diambil alih oleh orang-orang asing. Di 50.000 pizzeria (restoran pizza) di Italia, orang Mesir tampak mendominasi di antara sekitar 240.000 pizzaiolo. Mereka mendapat upah sekitar 1.000 euro (Rp 13 juta) sebulan.

Salah satunya adalah Allam Rabie, pria asal Kairo yang sudah berada di Italia sejak 1990 dan kini memiliki pizzeria sendiri di Roma. "Pekerjaan ini berat karena Anda harus bekerja dari pagi sampai malam. Anda berdiri sepanjang hari, sementara kepala Anda di dalam oven panas," ucapnya.

Menurut Rabie, anak-anak muda Italia kini tak mau melakukannya lagi karena mereka telah memiliki segalanya. "Sebelumnya tidak seperti itu. Orang-orang tak punya apa-apa jadi mereka harus bekerja keras," lanjutnya.

Sifat ini berbeda dengan orang Mesir yang terbiasa bekerja keras. "Kami memiliki bakat alamiah karena kami senang memasak dan cepat memelajari hal-hal baru. Dari orang-orang Mesir yang bekerja di Italia, 9 dari 10nya adalah pizzaiolo, sementara sisanya adalah chef. Kami benar-benar mengambil alih Roma," katanya.

Vincenzo De Mitis, salah satu pembuat pizza asli Italia yang tersisa, mengatakan bahwa tak banyak lagi orang seperti dia. Generasi tua satu per satu meninggal dunia, sementara anak muda Italia tak mau menjadi pizzaiolo karena tak mau bekerja dengan upah rendah.

"Mereka lebih suka bekerja di luar negeri, dan ada banyak imigran siap mengambil tempat mereka," tuturnya.

Sumber: food.detik.com