Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

KKP Dorong Inovasi Produk Rumput Laut Non-Hidrokoloid, Bidik Pasar Global Bernilai Miliaran Dolar
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 02-05-2025 | 16:04 WIB
Tornanda-Syaifullah.jpg Honda-Batam
Direktur Jenderal PDSPKP, Tornanda Syaifullah. (Foto: KKP)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memperkuat langkah hilirisasi komoditas laut nasional dengan mendorong pengembangan produk olahan rumput laut non-hidrokoloid. Upaya ini bertujuan membuka peluang usaha baru serta meningkatkan nilai tambah sektor kelautan Indonesia.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Tornanda Syaifullah, menyatakan diversifikasi produk olahan rumput laut sangat penting, tidak hanya untuk memperluas pasar tetapi juga menjawab kebutuhan industri modern yang ramah lingkungan.

"Kita perlu mendorong lahirnya inovasi produk olahan rumput laut non-hidrokoloid, seperti suplemen nutrisi, pakan ternak, biostimulan, bioplastik, kosmetik, hingga bahan kemasan ramah lingkungan. Langkah ini akan membuka peluang usaha yang menjanjikan di masa depan," ujar Tornanda dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Pasar Global Non-Hidrokoloid Tumbuh Pesat

Berdasarkan proyeksi Precedence Research, pasar biostimulan berbasis rumput laut diperkirakan mencapai USD 4,36 miliar pada 2024, dan melonjak menjadi USD 12,85 miliar pada 2034, dengan pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 11,42%. Pertumbuhan ini didorong oleh tren global menuju pertanian berkelanjutan.

Sementara itu, Bank Dunia memprediksi bahwa pasar pakan ternak berbasis rumput laut akan mencapai USD 1,2 miliar pada 2030, dan meningkat signifikan hingga USD 6,4 miliar pada 2050. Angka-angka ini menunjukkan potensi besar yang dapat dimanfaatkan Indonesia melalui inovasi dan industrialisasi sektor rumput laut.

Pemerintah Siapkan Rencana Aksi Nasional

Sebagai langkah konkret, KKP akan menyusun peta jalan dan rencana aksi nasional untuk pengembangan industri rumput laut terpadu periode 2025-2029. Dokumen ini dirancang guna mengoptimalkan potensi rumput laut nasional sekaligus menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi sektor kelautan.

"Sejatinya, rumput laut menawarkan solusi untuk berbagai tantangan industri modern, mulai dari lingkungan, pangan, hingga energi," tambah Tornanda.

Kolaborasi Multipihak Jadi Kunci

Upaya ini juga melibatkan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. KKP, melalui Direktorat Jenderal PDSPKP dan bekerja sama dengan UNIDO dalam program Global Quality and Standards Program (GQSP) Fase 2, serta Tropical Seaweed Innovation Network (TSIN), baru-baru ini menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Menguak Peluang Bisnis Olahan Rumput Laut Non-Hidrokoloid'.

FGD tersebut menjadi titik awal penyusunan dokumen strategis dan menghadirkan perwakilan dari sektor pemerintah, industri, akademisi, hingga komunitas. Kolaborasi ini dinilai penting untuk mengakselerasi pengembangan industri berbasis rumput laut. "Kemitraan antara pemerintah, industri, dan lembaga penelitian menjadi kunci keberhasilan pengembangan komoditas rumput laut non-hidrokoloid," tegas Tornanda.

Langkah KKP ini sejalan dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, yang menekankan pentingnya peningkatan produksi dan kualitas hasil perikanan melalui pendekatan ekonomi biru. Strategi ini dinilai mampu memperkuat daya saing produk kelautan Indonesia di pasar global.

Editor: Gokli