Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kelompok Bahagia Tani Sebong Pereh Bintan Sulap Lahan Bauksit Jadi Kebun Cabe
Oleh : Harjo
Senin | 02-12-2024 | 18:44 WIB
Kebun-cabe-bintan1.jpg Honda-Batam
Kebun cabe Kelompok Bahagia Tani Sebong Pereh Bintan. (Harjo/BTD)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Kelompok Bahagia Tani, Kampung Pasir Satu, Desa Sebong Pereh, Kecamatan Telum Sebong Bintan berhasil sulap lahan bauksit menjadi perkebunan cabe seluas 1,5 hektar. Penamanan ini, dilakukan secara mandiri dan lebih mengandalkan pupuk organik.

"Sebelumnya kita sudah lakukan uji coba di lahan tanah bauksit. Ternyata hasilnya cukup menjanjikan, ini kita coba di atas lahan sekitar 1,5 hektar, dengan sekitar 40.000 batang cabe," ungkap Ketua Kelompok Bahagia Tani, Budi Susilaputra (41) kepada BATAMTODAY.COM, Senin (2/12/2024) sore.

Dijelaskan, dari 40 ribu batang cabe yang ditanam, terdiri tiga kategori di antaranya cabe merah keriting sebanyak 25 ribu batang, cabe rawit merah 10 ribu batang dan cabe rawit hijau atau kampung sebanyak 5 ribu batang.

"Cabe merah keriting sebanyak 25 ribu batang dengan waktu penanaman 3 bulan, sudah mulai panen yang diperkiran sudah mencapai satu ton yang sudah di panen. Sementara cabe rawit belum mulai panen, dan diperkira akan panen satu bulan kedepan," terangnya.

Sementara itu, Kristian (37) salah satu anggota kelompok tani, menyampaikan kelompok tani ini dari awal.memang mandiri dan tanpa pendapingan dari pemerintah. Begitu juga, dalam pengelolaannya lebih mengandalkan pupuk organik, berupa kompos dengan memanfaatkan kotoran hewan ternak dan biodata laut seperti kerang dna rumput laut dan lainnya, yang diproses khusus.

"Persentase pemanfaatan pupuk kimia, hingga saat ini masih minim dan dominan pupuk organik," ungkap Kristian asal Jawa Tengah yang awalnya seorang pembudaya pohon bonsai ini.

Ditanya terkait kendala, Kristian menyampaikan salahsatu kendala dalam mengelola pertanian yang dilakukan oleh kelompok tani ini adalah masalah ketersedian sumber air, untuk pengairan untuk pertanian mereka, terutama saat musim kemarau.

"Apalagi dalam mengelola lahan atau tanah bauksit ini, dilakukan secara manual, begitu juga dengan alat yang dimanfaatkan masih manual. Tentunya harus dilakukan dengan lebih ekstra," imbuhnya.

Dengan dicanangkannya masalah ketahanan pangan oleh pemerintah pusat, tentunya kedepan dibutuhkan perhatian dan pendampingan dari pemerintah. Terutama terkait ketersedian pupuk dan pemanfaatan bahan dasar pembuatan pupuk organik, yang sebenarnya bahan dasarnya ada dan sangat memadai di Bintan.

Editor: Yudha