Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Antisipasi Anomali Suhu dan Curah Hujan

BMKG Rilis Climate Outlook 2025, Indonesia Hadapi Kondisi Iklim Normal
Oleh : Redaksi
Rabu | 06-11-2024 | 12:24 WIB
Iklim-2025.jpg Honda-Batam
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat merilis laporan iklim tahunan, Climate Outlook 2025, Senin (4/11/2024). (BMKG)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis laporan iklim tahunan, Climate Outlook 2025, yang memberikan panduan bagi pemerintah dan pihak terkait dalam menghadapi kondisi iklim sepanjang 2025.

Dengan kondisi netral pada fenomena ENSO (El Niño-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole), BMKG memprediksi tahun depan Indonesia akan mengalami iklim yang cenderung stabil, meskipun ada anomali suhu di beberapa wilayah.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan kondisi netral ini berarti Indonesia tidak akan menghadapi El Nino atau La Nina yang signifikan. "Tahun 2025 akan didominasi kondisi iklim normal, dengan curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm," jelas Dwikorita di Jakarta, Senin (4/11/2024), demikian dikutip siaran pers BMKG.

Namun, suhu udara bulanan diperkirakan mengalami kenaikan anomali sebesar +0,3 hingga +0,6 derajat C pada periode Mei hingga Juli, terutama di wilayah Sumatera Selatan, Jawa, NTB, dan NTT.

Dwikorita menambahkan, 67% wilayah Indonesia berpotensi mengalami curah hujan tahunan tinggi, yakni di atas 2.500 mm. Wilayah-wilayah ini termasuk sebagian besar Pulau Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.

Sementara itu, 15% wilayah lainnya diprediksi mengalami curah hujan lebih tinggi dari normal, seperti beberapa area di Sulawesi dan sebagian kecil Kalimantan Timur, yang memerlukan langkah antisipasi terhadap banjir dan longsor saat musim hujan. Namun, ada juga 1% wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal, termasuk di sebagian kecil Sumatera Selatan, NTT, Maluku Utara, dan Papua Barat bagian utara. Selain itu, Bali, NTB, dan NTT diperkirakan menghadapi periode tanpa hujan yang lebih panjang, yang berpotensi memicu kekeringan dan kebakaran lahan.

Rekomendasi BMKG untuk Menghadapi Kondisi Iklim 2025

BMKG memberikan rekomendasi bagi sektor pertanian, terutama di wilayah sentra produksi pangan yang mengalami curah hujan normal hingga atas normal. Sektor ini diharapkan dapat memanfaatkan kondisi iklim yang mendukung untuk peningkatan produksi pangan.

"Pada wilayah yang curah hujannya di bawah normal, kami sarankan penyesuaian pola tanam dan pemilihan bibit tahan kekeringan," kata Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG.

Ardhasena juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi hidrometeorologi ekstrem, khususnya di daerah dengan potensi hujan tinggi. "Optimalisasi infrastruktur pengelolaan air, seperti drainase dan sistem tampungan air, akan menjadi kunci dalam mencegah banjir dan menangani surplus air di musim hujan serta kekurangan air di musim kemarau," ujarnya.

Di awal 2025, kondisi La Niña lemah berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 20% di beberapa wilayah. Ardhasena mengingatkan bahwa peningkatan ini dapat memicu frekuensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor. Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah diminta meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko bencana.

BMKG juga menyoroti risiko kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau, meskipun prediksi curah hujan menunjukkan tren di atas normal pada Juli-September 2025. Di samping itu, kenaikan suhu pada Mei-Juli 2025 diprediksi akan meningkatkan kewaspadaan akan risiko anomali suhu yang dapat berdampak pada kesehatan dan sektor lainnya.

Dengan Climate Outlook 2025, BMKG berharap dapat memberikan panduan komprehensif bagi sektor-sektor penting untuk mempersiapkan kebijakan berbasis data ilmiah dalam menghadapi kondisi iklim yang bervariasi sepanjang tahun depan.

Editor: Gokli