Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Realisasi Investasi Rendah, hanya 5 Persen

Investor Takut 'Siluman', Ragu Kepada SBY
Oleh : Tunggul Naibaho
Senin | 21-02-2011 | 19:32 WIB

Batam, batamtoday - Realisasi investasi di Indonesia kurang dari lima persen karena para investor takut dengan para 'siluman' dan juga ragu atas sosok Presiden yang dinilai peragu.

Demikian disampaikan Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu, Arief Poyuono kepada batamtoday per telepon Senin 21 Februari 2011.

Hal ini disampaikan Arief menanggapi kekecewaan SBY yang dimuntahkan SBY di hadapan peserta Rapat Kerja Penyusunan Rencana Induk 2025 di Istana Bogor siang tadi, Senin 21 Februari 2011.

Peserta rapat adalah seluruh anggota kabinet, pemimpin lembaga negara non kementerian, BUMN dan gubernur seluruh Indonesia.

Seperti diketahui, SBY kepada peserta Rapat mengatakan bahwa dirinya sudah kenyang dengan berbagai komitmen. Membangun infrastruktur dan sebagainya, tapi cuma pepesan kosong. Dan SBY menginginkan kejelasan mengenai siapa yang akan melakukan investasi, kapan akan dilaksanakan dan dimana lokasinya investasi tersebut.

SBY tampak kesal, karena sepanjang pemerintahanya, kata Arief, SBY selalu mengklaim bahwa investasi baru tumbuh, baik dari luar dan dalam negeri, namun kenyataanya komitmen investasi hanyalah 'janji palsu'.

Menurut Arief, tidak terealisasinya komitmen investasi karena para investor takut dengan 'para siluman' di Indonesia, para pemimpin Departemen, Pemimpinan daerah, aparat birokrasi dari pusat hingga daerah, belum lagi todongan para Ormas.

"Jika di China para investor disambut dengan karpet merah, tetapi di Indonesia para investor dimintai angpao merah," jelas Arief.

Dan menurut Arief, persoalan buruh tidak lagi menjadi masalah yang ditimbang para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, tetapi, yaa itu, takut dengan 'siluman' yang suka nodong angpao merah," tandas Arief.

Bahkan tidak itu saja, soal kepastian hukum juga menjadi masalah mendasar mengapa para investor urung menanamkan modalnya. Contohnya, kata Arief, PT Temasek yang sebelumnya tidak dipermasalahkan pemerintah dan DPR membeli saham Indosat, tetapi pada masa pemerintahan SBY hal itu dipermasalahkan dan PT Temasek dihadapkan dengan UU Anti Monopoli sehingga diharuskan menjual sahamnya dan juga membayar denda hingga ratusan miliar rupiah.

Rendahnya realisasi penanaman modal juga disebabkan tingginya keraguan investor akan sosok SBY sebagai Presiden yang dinilai peragu.

"Para investor melihat SBY sebagai presiden peragu, sehingga investor ikut-ikutan jadi ragu untuk tanam modal disini," tandas Arief.