Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ketika Semangat Merah Putih Makin Layu
Oleh : kli/dd
Jum'at | 17-08-2012 | 13:51 WIB
Tak-ada-Merah-Putih.gif Honda-Batam
Sepanjang mata memandang, kibaran Merah Putih semakin jarang ditemukan.

BATAM, batamtoday - 17 Agustus 2012 merupakan hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-67. Namun, semangat Merah Putih itu semakin layu. Pasalnya, beberapa rumah penduduk dan kendaraan seperti lazimnya di kota-kota besar Indonesia diwajibkan mengibarkan bendera merah putih. Tapi, di kota Batam ini hanya dilakukan segelintir orang.


Gimana tak layu, warga lebih memilih mengunjungi tempat-tempat berbelanja seperti Mall, Plaza dan beberapa pantai. Sekilas mengenang sejarah, kondisi saat ini tak akan pernah bisa dirasakan kalau saja para pejuang kita tak rela menumpahkan darahnya untuk memperjuangkan berkibarnya Sang Saka Merah Putih pertanda kemerdekaan sudah di tangan. Namun hal ini tak lagi dikenang dan dihargai oleh generasi saat ini.

Pantauan batamtoday di Simpang Barelang, tampak puluhan pengendara motor berboncengan menuju Jembatan Barelang, dan beberapa bus yang membawa ratusan penumpang menuju arah yang sama. Di tempat lain seperti pusat perlanjaan sudah mulai dipadati pengunjung, namun tak seramai yang menuju ke tempat rekreasi.

Salah seorang warga yang hendak menuju tempat rekreasi di daerah Galang, sebut saja Wahyu mengaku bukannya tak bersyukur atas kemerdekaan saat ini. Namun, kemerdekaan ini hanyalah bebas dari penjajahan bangsa lain, tapi masih terjajah oleh bangsa sendiri, seperti halnya para koruptor yang semakin tumbuh subur dan beranak pinak.

"Bersyukur juga mas, tapi kalau lihat korupsi yang tumbuh subur di negara ini, seperti yang disiarkan maupun ditulis hampir semua media, terkadang kita kesal. Merdeka itu seakan milik koruptor dan Kapitalis, tapi rakyat kecil makin tertindas termasuk kaum buruh. Dari pada pusing bagusan nyantai di pantai, kan gitu," papar pria yang mengaku seorang buruh di kawasan industi Mukakuning.

Ketertindasan yang dimaksud, kata pria asal Jawa Barat ini seperti halnya buruh yang tertindas akan perbudakan outsourcing. Bahkan hal sekecil itu saja belum bisa teratasi di zaman kemerdekaan ini. Dan mungkin hal ini lah yang membuat semangat Merah Putih semakin layu.

"Kita atau Kami ini diperbudak bangsa sendiri, yang merdeka mereka pendatang dari luar seperti expatriat," katanya.

Disinggung masalah tak mengibarkan bendera di sepeda motornya, Leader di salah satu perusahaan ini mengatakan tak ada peraturan yang mengharuskan. Bahkan, tak ada undang-undang yang menyebut harus mengibarkan meraputih di setiap kendaraan.

"Kan tak ada keharusan, rumah penduduk yang sudah diwajibkan saja tak semua ngibarkan merah putih, apalagi motor maupun mobil," sebutnya.

Tak berselang lama, setelah puluhan rekannya yang lain ngumpul rombongan buruh industri ini bergerak menuju arah Barelang menuju tempat rekreasi.

Seperti penuturan pria itu, memang tak semua rumah penduduk di daerah Batuaji, Sagulung dan Tanjunguncang yang mengibarkan bendera Merah Putih sebagai bentuk turut merayakan hari kemerdekaan RI yang ke-67. Beberapa rumah yang mengibarkan bendera merah putih hanya tampak dilakukan para pemilik rumah yang dekat dengan jalan raya.