Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mafia Solar Abaikan Hak Warga

Antrian Solar Berbuntut Insiden
Oleh : Dodo
Kamis | 09-08-2012 | 13:27 WIB

BATAM, batamtoday - Aksi mafia solar di Batam semakin menggila pada jelang Lebaran ini. Tabiat sindikat penghisap solar subsidi ini memang nekat lantaran dibeking oleh kekuatan tertentu. Hak warga menikmati subsidi BBM pun dirampasnya hingga sering berujung pada gesekan di lapangan.


Dari pantauan batamtoday, para mafia solar ini memang sering mengabaikan hak warga lainnya untuk mendapatkan solar. Saat warga dibatasi pembeliannya, para mafia solar ini jor-joran membeli solar hingga di luar batas kewajaran.

Masih segar dalam ingatan, bagaimana arogansi oknum aparat yang ikut bermain dalam penimbunan solar ilegal di Batam pada Mei 2012 lalu merampas kamera wartawan Batam TV, Bagong Sastranegara yang tengah melakukan peliputan antrian solar di SPBU Aviari.

Saat itu, sang pelansir solar yang diketahui merupakan oknum tentara itu merasa marah saat aktivitasnya membeli solar di luar ketentuan diambil gambarnya oleh Bagong.

"Apa-apaan ini, jangan rekam-rekam kayak gitu. Kita koordinasilah," kata oknum tersebut saat itu.

Kamera Bagong kemudian dirampas dan insiden itu menggelinding bak bola salju yang memunculkan kecaman keras dari para jurnalis di Batam terhadap oknum aparat yang arogan tersebut.

Insiden lain yang terjadi adalah antrian panjang di SPBU Ocarina pada Selasa (7/8/2012) lalu. Pengguna kendaraan yang mengantri solar di SPBU tersebut merasa kesal dengan ulah pengemudi Mitsubishi Storm yang mengisi solar dengan durasi waktu yang lama.

Adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemko Batam yang memergoki aksi pengisian solar di luar logika itu.

"Antrian sudah panjang tapi mobil Storm itu tetap tak selesai-selesai mengisi solar," kata PNS yang minta dirahasiakan namanya, Rabu (8/8/2012) kemarin.

Dia akhirnya mengecek ke pompa pengisian dan benar saja, Mitsubishi Storm yang dikemudikan oleh seseorang berambut cepak itu, mengisi solar hingga lebih Rp800 ribu.

"Saya datangi petugas pengisian. Saya tanya tahu aturan maksimal pengisian tidak. Petugas pengisian itu mengatakan aturan maksimal pengisian Rp100 ribu. Terus saya bilang angka di meteran tersebut sudah berapa," kata PNS tersebut dengan nada tinggi.

Sempat terjadi ketegangan antara sang PNS itu dengan pria berambut cepak yang diduga kuat oknum aparat tersebut. Tak berapa lama kemudian, pengemudi Storm itu meninggalkan SPBU Ocarina dan antrian kembali lancar.

"Ada juga wartawan saat kejadian itu berlangsung," kata dia.

Namun menariknya, insiden tersebut tak pernah muncul di pemberitaan media. Informasi yang batamtoday dapat, sejumlah wartawan yang ada saat insiden berlangsung kemudian 'diamankan' oleh mafia solar itu yang diduga kuat adalah oknum aparat.

Dadang Mai Asdinata, Manager Operasional SPBU Ocarina yang bernomor 14.294.739 membenarkan adanya insiden tersebut. Dia juga mengakui banyaknya mafia solar yang sering mengantri di SPBU-nya.

"Betul ada insiden itu, tapi kebetulan saya sedang tak berada di tempat. Orang yang terlibat dalam insiden itu meminta ketemu dengan saya namun saya tegaskan apa urusannya dengan saya," kata Dadang, saat ditemui batamtoday, Kamis (9/8/2012).

Dadang mengatakan saat Selasa lalu ada dua insiden yang terjadi dan dipicu oleh perilaku mafia solar yang mengabaikan hak warga mendapatkan BBM bersubsidi.

Dadang mengaku pihaknya sudah kehabisan akal menghadapi perilaku mafia solar yang dibeking oknum aparat itu mengingat banyak tekanan yang diterimanya.

"Kami juga perlu menjaga keselamatan, baik secara usaha maupun para operator di sini," katanya.

Pengelola SPBU Ocarina juga telah mengetahui adanya aturan dari Pemko Batam yang dikeluarkan beberapa waktu lalu mengenai batasan kuota pembelian solar bagi kendaraan.

Namun, Dadang menilai aturan yang dikeluarkan Pemko Batam tersebut lebih bersifat himbauan sehingga dipandang sebelah mata oleh para mafia solar itu.

"Mereka (mafia solar-red.) itulah yang sering memaksakan untuk mengisi melebihi kapasitas. Kami sudah laporkan hal ini ke Pertamina," ujarnya.

Dadang mengaku laporan yang disampaikan apa adanya dan Pertamina pun disebutnya bisa memahami dengan kondisi di lapangan.

"Ada yang pernah isi hingga 300 liter solar dan hal itu kami sampaikan juga ke Pertamina. Inilah langkah kami mengadukan persoalan," kata dia.

Langkah tersebut dilakukannya agar Pertamina maupun konsumen tidak serta merta menuding bahwa SPBU ikut bermain terhadap kelangkaan solar yang terjadi.

Manajemen SPBU Ocarina juga telah mendeteksi ada 18 unit kendaraan yang dipastikan merupakan mobil pelansir solar.