Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dewan Mahasiswa Ibnu Sina Batam Minta Negara Bertanggung Jawab atas Tragedi Kanjuruhan
Oleh : Aldy Daeng
Selasa | 04-10-2022 | 17:08 WIB
fadil-Ibnu-Sina1.jpg Honda-Batam
Ketua DEMA STAI Ibnu Sina Batam, Fadil Faudiah. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Dewan Mahasiswa (DEMA) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ibnu Sina Batam meminta pemerintah dan negara bertanggung jawab atas tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu.

Seperti diketahui, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang telah mengumumkan jumlah korban jiwa tragedi Kanjuruhan sebanyak 125 orang, serta korban luka berat 39 orang dan luka ringan 260 orang.

"Kericuhan yang berujung maut adalah kabar yang menggemparkan bumi pertiwi. Begitu murah harga sebuah nyawa untuk sebuah pertandingan sepakbola," tegas Ketua DEMA STAI Ibnu Sina Batam, Fadil Faudiah, dalam keterangan persnya, Selasa (4/10/2022).

Pihaknya juga menyarankan agar masyarakat melihat tragedi Kajuruhan tidak dari satu sudut pandang saja. Dimana perhelatan pertandingan rival antara Arema FC Malang dan Persebaya Surabaya, turut melibatkan banyak pihak mulai dari panitia hingga pihak keamanan.

"Jika hendak menilai peristiwa ini tentu tidaklah cukup dari satu sisi sudut pandang saja. Begitu banyak unsur yang dilibatkan dan menjadi dugaan terjadinya musibah besar ini yang pertama," terangnya.

Sebagai salah satu pecinta sepakbola Indonesia, Fadil juga meminta agar para pendukung dapat menerima segala hasil pertandingan. Sejatinya, para pendukung klub sepakbola bisa memandang sepakbola bukanlah sebagai suatu cara dalam meruntuhkan harga diri, apabila tim tersebut mengalami kekalahan.

"Sebagai pendukung kita harus dapat menerima apapun hasil pertandingan. Baik itu kalah atau menang, dan bukan menganggap kekalahan sebagai cara meruntuhkan harga diri," jelasnya.

Sebagai mahasiswa, sambung Fadil, pihaknya juga kerap melihat bahwa sepakbola erat kaitannya dengan unsur politik oleh sebagian politisi di Indonesia.

"Bukan hal yang baru bahwa sepakbola kerap dikaitkan dengan politik di Indonesia. Untuk ini sebagai pendukung kita juga harus jeli," ungkapnya.

Selain kedua hal ini, Fadil juga mengkritisi mengenai penggunaan kekuatan secara berlebihan yang ditunjukkan oleh aparat keamanan. Salah satunya adalah penggunaan gas air mata dengan tujuan pengendalian masa yang tidak sesuai dengan prosedur.

"Hal ini menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, padahal jelas penggunaan gas air mata tersebut dilarang oleh FIFA," tegasnya.

FIFA dalam stadium safety and security regulatin pasal 19, telah menegaskan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang untuk mengamankan massa dalam stadion.

"Kami sangat menyayangkan tragedi ini terjadi betapa banyak kerugian nyawa dan materi yang telah ditimbulkan oleh sebagian orang yang tidak bisa menahan amarahnya. Sehingga ia mengorbankan banyak nyawa. Tidak hanya nyawanya sendiri akan tetapi juga nyawa orang-orang yang bahkan tidak bersalah. Namun, ikut menjadi korban," tutupnya.

Editor: Yudha