Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kunjungan Masa Reses

Komisi X Soroti Minat Baca dan Kondisi Pendidikan yang Memprihatinkan di NTT
Oleh : surya
Rabu | 18-07-2012 | 19:46 WIB

JAKARTA, batamtoday - Komisi Pendidikan DPR menilai minat baca masyarakat di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih rendah sehingga perlu dilakukan terobosan untuk meningkatkan minat baca tersebut oleh perpustakaan masing-masing daerah.


Hal itu terungkap dalam kunjungan kerja (kunker) Komisi X DPR saat masa reses di Komisi X DPR RI ke Jateng dan NTT, Rabu (18/7) seperti dilansir laman dpr.go.id.

Kunker dalam rangka menyerap aspirasi ke Jateng dipimpin Ketua Komisi X Agus Hermanto, sedangkan kunker ke NTT dipimpin Wakil Ketua Komisi X Syamsul Bahchri.

Anggota Komisi X Dedi S Gumelar saat kunker ke Jateng mengatakan, minat baca masyarakat di Jateng sangat rendah karena itu Badan Arsip dan Perpustkaan Jateng jemput bola membuat gerai-gerai baca di pusat-pusat keramaian seperti pusat perbelanjaan guna menarik minat masyarakat mengenai pentingnya membaca.

" Guna menghadapi fenomena masyarakat yang kurang gemar membaca,  Badan Arsip dan Perpustakaan Jateng melakukan jemput bola dengan meminta ijin gubernur,walikota maupun bupati untuk membuka gerai di depan mall-mall. Di tempat keramian seperti itu rasanya tepat mengajak masyarakat berkunjung dan membaca. Tentunya, gerai harus dibuat semenarik mungkin dengan diiringi musik yang dapat mengundang orang datang ke tempat tersebut," kata Dedi Gumelar.

Pria yang akrab sapa Miing ini mengatakan, dengan metode seperti itu masyarakat akan betah berlama-lama sambil membaca buku-buku yang di sediakan.

"Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah juga bisa bekerjasama dengan cafe-cafe membuat tongkrongan anak-anak muda, di situ bisa sambil membaca buku-buku yang telah disediakan. Kami yakin akan betah, tidak seperti sekarang perpustakan bukan tempat tujuan utama, kecuali jika seorang pelajar mau mengerjakan tugas sekolahnya atau seorang mahasiswa mau menyusun skripsi," katanya.

Menanggapi hal itu, Ketua Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jateng Andriani mengatakan, pihaknya telah beberapa terobosan diantaranya membuka perpustakaan keliling dengan motor Tossa beroda tiga. Terobosan ini ternyata cukup banyak peminatnya.

Selain itu, secara insidentil menyelenggarakan pameran-pameran di setiap kabupaten/kota. Badan ini juga memberikan bantuan kepada sekitar 7.800 desa berupa rak dan buku-buku yang dipasang di tiap Balai Desa.

"Sekarang ini sudah mencapai 75 persen, di tahun 2013 kami berharap dapat selesai seluruhnya Badan ini juga membantu pengadaan buku-buku di Pondok Pesantren dan di rumah sakit-rumah sakit menyediakan pojok baca. Bahkan organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi wanita di setiap organisasinya ada pojok baca," kata Andriani

Andriani menambahkan, untuk tahun 2012 Badan Arsip dan Perpustakaan Jateng mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 5,2 miliar termasuk pengadaan buku-buku dan rak-rak untuk desa-desa. "Anggaran tersebut untuk meng-cover 35 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk kurang lebih 33 juta. Buku-buku yang diminati masyarakat adalah buku teknologi menduduki urutan teratas, dan yang lainnya adalah buku tentang ilmu sosial, teknologi informasi, filsafat dan psikologi serta buku sejarah dan geografi," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X Syamsul Bachri mengatakan, minat baca masyarakat di NTT terutama di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Syamsul berharap agar pemerintah daerah setempat memberikan rangsangan dan dorongan kepada masyarakat gemar membaca buku.

“Bagaimana masyarakatnya mau pintar dan cerdas, kalau mereka malas datang dan membaca di perpustakaan, untuk itu pemerintah daerah setempat harus segera mendorong masyarakat dan para pelajar gemar datang dan membaca buku diperpustakaan, “ kata Syamsul. tegasnya.

Memprihatinkan
Dalam kunker ke NTT, Komisi X menemukan fakta-fakta yang memprihatinkan mengenai perkembangan pendidikan di NTT.  “Masalah pendidikan di NTT memang sangat memprihatinkan, bagaimana tidak di NTT masalah pendidikan saat ini memdapat rangking ke 33 dari 33 Propinsi yaitu berada di rangking terakhir," kata Muslim, Anggota Komisi X DPR.

Muslim berharap pemerintah turun tangan terkait kondisi pendidikan di NTT yang serba memprihatinkan, bukan hanya soal perputakaan saja yang kurang tetapi faslitas pendidikan seperti gedung-gedung sekolah kondisi sangat memprihatinkan banyak yang rusak. 

"Semua  Anggota Komisi X yang datang kesini pasti merasa miris setelah meninjau langsung ke sekolah sekolah yang dianggap unggulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan seperti SMK Negeri, SMP, SD ternyata disana tidak ada fasilitas apapun bagaimana kalau sekolah sekolah yang berada di pelosok desa pasti pasti akan lebih memprihatinkan lagi. SMK yang dianggap unggulan saja tidak ada fasilitasnya seperti laboratorium," katanya.

Menurutnya,  secara pendidikan di NTT bisa dikatakan tertinggal jika dibandingkan dengan daerah lain seperti di Sumatera, Jawa dan di daerah lain di propinsi di Indonesia.

"Dari sekolah yang kita kunjungi, semua kepala sekolah mengatakan kurangnya ruangan kelas untuk belajar bahkan ada sekolah yang setiap mengadakan rapat dengan orang tua murid selalu menggunakan tenda yang disewa oleh pihak sekolah kkarena tidak adanya ruangan untuk rapat denga orang tua murid," katanya.   

Yang lebih memprihatinkan lagi, kata  Muslim,  ada sekolah yang gurunya setiap hari mengajar sampai 6 kelas semua mata pelajaran karena kekurangan tenaga pengajar. dalam waktu yang sama dan lain mata pelajarannya hal seperti ini juga perlu mendapat perhatian tentang tenaga pengajar.

"Di NTT baru 18 ribu guru yang sudah mendapatkan surat sertifikasi, padahal tenaga guru di seluruh NTT diperlukan sebanyak 28 ribu guru yang seharusnya sudah mendapatkan surat sertifikasi.  Ini perlu mendapat perhatian," katanya.