Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Wali Murid Ngotot Daftarkan Anaknya, PSB di SMAN 5 Ricuh
Oleh : Gokli/Dodo
Senin | 16-07-2012 | 15:25 WIB
psb-ricuh.gif Honda-Batam
Salah seorang warga menangis dan mengadu kepada Udin P. Sihaloho, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Batam.

BATAM, batamtoday - Puluhan wali murid daerah Sagulung ricuh di SMA Negeri 5, Sagulung. Pasalnya, mereka ngotot supaya anak mereka diterima di sekolah  tersebut. Namun, pihak sekolah malah menyarankan supaya mendaftar di SMAN 17 lantaran kelas tak sanggup lagi menampung para pendaftar, Senin (16/7/2012).


Para wali murid yang datang ke SMA Negeri 5 tersebut ngotot supaya anak-anak mereka diterima. Meskipun pihak sekolah sudah memberikan penjelasan akan daya tampung yang sudah penuh, namun mereka masih tetap ngotot dan akhirnya sempat ricuh.

Lusinda, salah seorang wali murid yang datang ke sekolah tersebut mengatakan, selaku warga yang tinggal di lingkungan sekolah, mereka meminta supaya anak-anak mereka diterima. Hal ini terpaksa dilakukan lantaran anak-anak mereka juga tak mau sekolah di tempat lain.

"Anak-anak kami tak mau sekolah di tempat lain, makanya kami paksakan supaya diterima di sekolah ini," katanya.

Karena terus didesak oleh para wali murid, pihak SMA Negeri 5 Sagulung menyarankan supaya calon siswa yang belum diterima, agar didaftarkan ke SMA Negeri 17, Sagulung. Tapi, saran itu sagat tak bisa diterima para wali murid dan tetap meminta supaya anak mereka diterima di sekolah tersebut.

Pada saat kericuhan masih berlangsung di SMAN 5, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Batam, Udin P Sihaloho datang ke lokasi. Kepada para wali murid, Udin berjanji akan mencarikan solusi bagi calon siswa yang belum masuk sekolah.

"Bapak, Ibu tenang dulu, saya akan carikan solusi," ujar Udin di tengah kerumunan wali murid.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, salah seorang ibu langsung menangis sambil memohon supaya anaknya dapat bersekolah di SMA Negeri 5. Dengan nada sesak, wanita itu menceritakan dia salah seorang warga yang tinggal dekat dengan sekolah, namun anaknya tidak diterima.

"Tolong pak dewan supaya anak saya diterima, nilainya rata-rata 7,7. Bantu kami pak dewan," pinta wanita yang namanya tak disebut kepada Udin P Sihaloho sambil menangis.

Selain itu, para wali murid yang datang ke sekolah tersebut juga menuding adanya permainan yang dilakukan pihak sekolah saat penerimaan siswa baru. Tudingan ini mereka katakan karena tak ada anak warga sekitar yang diterima dari jatah kuota 20 persen.

"Ini pasti ada permainan, masa tak ada anak dari lingkungan ini yang diterima," ujar salah seorang pria berbadan gempal saat mengerumuni anggota dewan tersebut.

Zulfiani selaku Wakil Kepala Bidang Sarana SMA Negeri 5 mengatakan daya tampung disekolah itu sudah membludak dan tak mungkin lagi melakukan penerimaan. Dimana, saat ini saja mereka sudah menampung 47 siswa per kelasnya.

"Tak mungkin lagi kami terima kelasnya sudah penuh. Mau belajar dimana nantinya dibuat," jelasnya.

Menurutnya, penerimaan siswa baru tak mungkin lagi mereka lakukan. Selain jumlah yang sudah penuh, jam belajarnya juga tinggi sehingga solusi membuat dua shift belajar juga tak mungkin.

"Satu hari ada delapan mata pelajaran, per mata pelajaran 45 menit. Jadi tak mungkin kami lakukan dua shift belajar, solusinya yang belum diterima harus mendaftar ke sekolah lain," jelasnya.